Kematian saat penerbangan komersial adalah kejadian yang sangat jarang. Ketika itu terjadi, prosedur tertentu harus diikuti oleh kru pesawat untuk menangani situasi tersebut dengan profesionalisme.
Kisah pasangan asal Australia, Mitchell Ring dan Jennifer Colin, yang terpaksa duduk di samping mayat seorang wanita yang meninggal selama penerbangan dari Melbourne ke Doha, menarik perhatian publik. Meskipun kru pesawat melakukan usaha yang maksimal untuk menolongnya, wanita tersebut tidak dapat diselamatkan.
“Mereka melakukan semua yang mereka bisa, tetapi sayangnya wanita itu tidak bisa diselamatkan, cukup memilukan untuk ditonton,” kata Ring.
Kejadian seperti ini bisa menjadi pengalaman yang traumatis bagi penumpang dan kru pesawat.
Protokol penanganan kematian di pesawat mengikuti pedoman internasional yang dikeluarkan oleh organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) dan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA). Dr. Paulo Alves, Direktur Medis Global Kesehatan Penerbangan di MedAire, menjelaskan bahwa pedoman ini menyediakan kerangka kerja, tetapi maskapai penerbangan menyesuaikan prosedur mereka agar sesuai dengan kebutuhan operasional dan program pelatihan khusus mereka.
Kru pesawat dilatih untuk memberikan pertolongan pertama dan mendukung upaya resusitasi dengan menggunakan alat seperti defibrillatir eksternal otomatis (AED) dan melakukan CPR. Heather Poole, seorang pramugari, menyatakan, “Kami memiliki AED di atas pesawat untuk digunakan jika penumpang tidak sadarkan diri dan berhenti bernapas, dan kami semua dilatih untuk melakukan CPR.”
Jika upaya penyelamatan gagal dan penumpang dianggap meninggal, kru harus melaporkan kejadian ini kepada pilot dan memutuskan apakah penerbangan akan dilanjutkan atau dialihkan.
"Kematian di dalam pesawat tidak secara otomatis memerlukan pengalihan ke bandara lain," kata Markus Ruediger, Asisten Direktur Komunikasi IATA.
Keputusan untuk melanjutkan penerbangan atau mengalihkan tergantung pada berbagai faktor logistik dan kemanusiaan.