Jam Emas Milik Kapten Penyelamat 700 Penumpang Titanic Terjual Rp28 Miliar
SEBUAH jam emas 18 karat dari Tiffany & Co. yang memiliki nilai sejarah luar biasa, berhasil terjual dengan harga fantastis, yaitu 1,56 juta euro atau sekira Rp28 miliar.
Melansir dari CNN Style pada Kamis (28/11/2024), Jam ini diberikan kepada Kapten Arthur Rostron, Kapten kapal RMS Carpathia, sebagai penghargaan atas keberaniannya menyelamatkan lebih dari 700 penumpang Titanic pada tragedi 15 April 1912.
Penghargaan untuk Keberanian Kapten Rostron
Kapten Rostron mendapatkan jam tersebut dari tiga janda kaya yakni Nyonya John B. Thayer, Nyonya John Jacob Astor, dan Nyonya George D. Widener. Ketiganya adalah istri dari pengusaha terkenal yang tewas dalam insiden Titanic.
Jam tersebut diberikan pada sebuah upacara di New York pada 31 Mei 1912, sebagai simbol rasa terima kasih atas tindakannya yang heroik.
Saat tragedi terjadi, RMS Carpathia yang sedang dalam perjalanan menuju Mediterania segera mengubah haluan setelah menerima panggilan darurat dari Titanic. Berkat keputusan cepat Kapten Rostron, ratusan nyawa berhasil diselamatkan dari perairan dingin Samudra Atlantik.
Rekor Baru untuk Memorabilia Titanic
Penjualan jam ini memecahkan rekor sebelumnya untuk memorabilia Titanic. Rekor sebelumnya dipegang oleh sebuah jam saku yang terjual seharga 1,175 juta euro atau sekira Rp21,4 miliar pada awal tahun ini.
Menurut Andrew Aldridge, juru lelang dari Henry Aldridge & Son, minat terhadap memorabilia Titanic terus meningkat meski waktu terus berlalu. “Rekor yang terpecahkan dua kali tahun ini menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap barang-barang terkait Titanic,” ujarnya.
Jam tangan bersejarah ini akhirnya dibeli oleh seorang kolektor pribadi di Amerika Serikat. Harga penjualan termasuk biaya dan pajak yang harus dibayarkan oleh pembeli.
Tragedi Titanic yang merenggut sekira 1.500 jiwa tetap menjadi salah satu kisah paling dikenang dalam sejarah maritim. Penjualan jam tangan ini menjadi bukti bahwa kisah keberanian dan pengorbanan dari tragedi tersebut terus hidup di hati banyak orang hingga saat ini.
(Kemas Irawan Nurrachman)
