MANTAN mandor di perusahaan minyak bernama Leonard Cheok menerima kabar yang mengguncang hidupnya. Pria yang kala itu berusia 65 tahun didiagnosis menderita kanker kolorektal stadium 2. Saat itu, Leonard merasa seperti menerima hukuman mati.
Delapan tahun kemudian, diusianya yang kini menginjak 73 tahun, Leonard berdiri teguh sebagai penyintas kanker yang penuh semangat. Dia kini berbagi pengalamannya di acara ‘fighting cancer, living stronger’ yang diadakan di Admiralty Community Plaza, pada 27 Januari 2024 menjelang Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari 2024.
Dalam kesempatan tersebut, dia menceritakan perjalanannya melawan kanker dan bagaimana berhasil mengubah rasa takut menjadi kekuatan.
Melansir dari Asiaone, Rabu (4/9/2024), dua tahun sebelum Leonard didiagnosis, adik laki-lakinya terlebih dahulu didiagnosis menderita kanker kolorektal. Namun, adiknya menghentikan kemoterapinya di rumah sakit, setelah hanya dua sesi karena tidak kuat menahan efek samping.

Melihat penderitaan saudaranya, Leonard sempat merasa takut dan ragu untuk menjalani pengobatan kanker. Namun, pikirannya berubah setelah mendengar kisah-kisah pasien kanker kolorektal stadium lanjut, yang masih bisa bertahan hidup hingga 20 tahun setelah diagnosis. Kisah ini memberikan Leonard harapan dan keyakinan bahwa dia juga bisa mengalahkan kankernya.
"Mendengar mereka masih hidup setelah 20 tahun memberi saya kepercayaan diri bahwa saya juga bisa mengatasi ini," katanya.
Leonard memutuskan untuk menjalani operasi pengangkatan bagian usus besarnya yang terkena kanker. Setelah operasi, dia harus menjalani prosedur pembuatan stoma, yaitu sebuah lubang di luar tubuh untuk mengeluarkan kotoran.
Dua tahun kemudian, Dia menjalani operasi lanjutan yang dikenal sebagai pembalikan stoma untuk menyambungkan kembali usus besarnya. Namun, Leonard memilih untuk tidak menjalani kemoterapi karena takut terhadap efek samping yang mungkin terjadi.
Direktur eksekutif dan konsultan senior di Departemen Hematologi-Onkologi di Institut Kanker Universitas Nasional, Singapura (NCIS), dr. Chee Cheng Eant, mengungkapkan bahwa sekitar sepertiga pasien, merasa khawatir tentang kemoterapi.