ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menetapkan Mpox atau nama lain dari cacar monyet sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), tepatnya pada 14 Agustus 2024.
Hal itu disebabkan karena terjadi peningkatkan kasus Mpox pada Juni-Juli 2024 di wilayah WHO Afrika, terutama di Republik Demokratik Kongo dan diikuti penemuan kasus di beberapa negara sekitar, serta munculnya varian atau clade baru (Ib) virus Mpox.
Untuk Indonesia, saat ini telah dilaporkan sebanyak 88 kasus konfirmasi dari tahun 2022-2024. Kasus terakhir dilaporkan pada 4 Juni 2024. Hingga 22 Agustus 2024, seluruh kasus konfirmasi (88 kasus) sudah dinyatakan sembuh.
Berdasarkan hasil pemeriksaan genomic sequencing yang dilakukan pada 54 kasus konfirmasi di Indonesia, semua kasus disebabkan oleh clade IIb dan sejauh ini belum ada penemuan kasus Mpox dengan clade Ib.
Lantas, apa saja perbedaan wabah Mpox dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ulasannya, melansir dari laman Kemenkes RI, Senin (26/8/2024).
Pada 2022-2023, wabah Mpox dominan disebabkan oleh clade IIb dan sebagian besar ditemukan pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) atau yang memiliki partner seks yang lebih dari satu.

Pada 2024, wabah Mpox disebabkan oleh lebih dari satu clade (clade Ia, Ib, dan IIb), utamanya clade Ib. Mode transmisi untuk clade Ib masih dalam investigasi lebih lanjut.
Sangat penting bahwa tidak ada yang menstigmatisasi siapa pun yang terkena dampak peristiwa ini karena siapa pun bisa terkena Mpox dan karena stigma dapat merusak upaya pengendalian. Seperti diketahui, terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a.
Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.