"Kalau pun berani menegur bunyinya akan penuh dengan. Ijin meyampaikan, atau maaf kalau bisa..'. Kenapa jadi takut? Karena begitu ada yang berani bunyi, dianggap keras kepala, dosanya diungkit-ungkit dan jadi terkucilkan," sambungnya.
Tompi merasa budaya ini harus segera diubah, jangan terus dianggap dibiarkan lalu dianggap jadi hal yang biasa dan lumrah yang dialami secara turun temurun dari generasi ke generasi.
"Bukan berarti karena banyak yang sudah lulus dan lolos dengan perlakuan sama lantas dianggap hal buruk itu jadi baik-baik saja. Pembiaran dan harap maklum ini yang harus DIUBAH," tegas dr. Tompi
Meski demikian, Tompi memahami bahwa fenomena tersebut tidak selalu terjadi di semua lingkungan kedokteran. Masih banyak lingkungan yang sehat dan selalu saling mendukung tanpa adanya senioritas.
"Memang ini oknum kok, tapi lumayan banyak dan ada di hampir setiap sudut. Pun demikian, yang baik dan supportif juga ada loh. Hanya saja sering gak bisa berbuat banyak untuk menghapus 'budaya lama'," pungkasnya.
(Rizky Pradita Ananda)