Rakai Panangkaran sendiri mengeluarkan Prasasti Kalasan pada tahun 778 tentang pendirian bangunan suci untuk Dewī Tārā, atas permohonan para guru raja Syailendra.
Pada prasasti itu, namanya tertulis Mahārājam Dyah Pañcapaņam Paņamkaraņām, hasil pembacaan ilmuwan F.D.K. Bosch, atau Mahārājam Tejah Pūrņapanna Panamkaraņām, sedangkan pada bagian akhir tertulis Kariyāna Panamkaranah.
Selain itu, ada pula kata yang berbunyi śyailendrawamśatilaka (permata Dinasti Syailendra) dalam prasasti itu. Selanjutnya ada Prasasti Kělurak (26 September 782) yang menyebut kata dharanindranāmnā. KD.K Bosch menafsirkan, bahwa raja yang mengeluarkan prasasti ini bernama Dharanindra.
Tetapi, sejarawan J.G. de Casparis mengoreksi bahwa tidak ada nama Dharanindra karena pembacaan yang benar ialah dharanindharena, yang bermakna 'oleh raja'.