Budaya di Kota Serang sangat beragam, mulai dari budaya Banten, budaya Jawa, budaya Sunda, hingga budaya Tionghoa. Keberagaman budaya ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Kota Serang, seperti bahasa, kesenian, dan kuliner.
Pemerintah Kota Serang telah menetapkan beberapa peraturan daerah untuk melindungi dan melestarikan budaya Banten. Selain itu, pemerintah Kota Serang juga memberikan dukungan kepada berbagai kegiatan kebudayaan, seperti festival budaya, pameran seni, dan pertunjukan kesenian.
(Foto: Instagram/@adeng_bustomi)
Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam. Debus awalnya berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad pada abad 13 M dan diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu.
Versi berikutnya asal debus berasal dari ajaran tarekat Rifa’iyah Nuruddin Ar-Raniry ke Aceh dan masuk ke Banten pada Abad 16 M oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908 M) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Sumedang.
Salah seorang pengawal yang menguasai Debus memperkenalkan serta mengajarkannya pada masyarakat Banten. Tarekat Rifa’iyah mengajarkan rasa gembira saat bertemu Allah atau disebut epiphany, nah saat seseorang telah mencapai puncak epiphany maka dia akan kebal terhadap benda tajam apapun.