Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Prevalensi Hepatitis B dan C di Indonesia Menurun, Ini Penjelasannya!

MNC Media , Jurnalis-Selasa, 30 Juli 2024 |06:00 WIB
Prevalensi Hepatitis B dan C di Indonesia Menurun, Ini Penjelasannya!
Prevalensi hepatitis B dan C menurun di Indonesia. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

Dari 28.504 orang yang menjalani pemeriksaan VL HCV RNA, sebanyak 16.327 orang memerlukan pengobatan karena memiliki infeksi hepatitis C aktif. Upaya ketiga adalah pengobatan. Menurut dr. Imran, pemerintah telah menyediakan obat Direct Acting Antiviral (DAA) untuk pengobatan hepatitis C. Pengobatan ini diyakini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 90 persen.

“Untuk pengobatan DAA ini, kami sudah menyediakan di 33 provinsi dan pada tahun 2024 ini ditargetkan semua provinsi itu sudah punya rumah sakit yang bisa memberikan layanan pengobatan Hepatitis C dengan DAA,” katanya.

Sejak 2017 hingga Juni 2024, tercatat lebih dari 11.689 pasien telah memulai terapi pengobatan hepatitis C. Namun, hanya 8.364 orang yang menyelesaikan pengobatan, dan 3.139 di antaranya dinyatakan sembuh. Lebih lanjut, dr. Imran menjelaskan, meskipun prevalensi hepatitis telah menurun secara signifikan, angka kasus di Indonesia masih cukup tinggi.

Menurut WHO, Indonesia menempati peringkat keempat di kawasan Asia Tenggara atau South-East Asia Region (SEARO) untuk kejadian dan kematian akibat penyakit liver.

“Tercatat baru 56 ribu yang didiagnosis, artinya sebetulnya masih banyak banget penderita hepatitis B yang tidak terdiagnosis karena tidak terskrining. Orang-orang inilah yang kemungkinan besar menularkan ke orang lain,” katanya.

Hepatitis

Dia berharap, peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2024 yang mengangkat tema 'Bersama Lawan Hepatitis, Sekarang' dapat menjadi momentum untuk bertindak bersama dan mengambil langkah nyata untuk memberantas Hepatitis di Indonesia.

“Upaya penanggulangan hepatitis harus terus ditingkatkan mengingat tahun 2030 Indonesia bersama negara lain di dunia telah berkomitmen mencapai eliminasi hepatitis C pada tahun 2030,” katanya.

Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dr Andri Sanityos menjelaskan, hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti obat-obatan, perlemakan, autoimun, alkohol, bakteri, parasit, dan virus.

Virus hepatitis terdiri dari lima jenis, yakni hepatitis A, B, C, D dan E. Kelimanya memiliki cara penularan, gejala dan tingkat keparahan dan pencegahan yang berbeda. Adapun, hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi kronis dan dapat menjadi penyebab imun sirosis hati, dan kanker hati sehingga menyebabkan kematian.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement