WARA-wiri ramai kabar di media sosial seorang pasien pria, mengklaim dirinya malah diberikan obat sakit kepala Bod***** sebagai pengganti obat pengencer darah oleh pihak rumah sakit tempatnya berobat. Apakah tindakan tersebut tepat?
Video pertama kali dibagikan akun TikTok @benkys76 dan hingga berita ini ditulis, kurang lebih sudah mendapat sekira 756 ribu kali penayangan. Dalam video, pria tersebut mengatakan kalau pihak rumah sakit mengganti obat pengencer darah yang seharusnya ia konsumsi dengan obat sakit kepala yang bisa dibeli di warung tersebut, karena stok di rumah sakit habis.
"Gara-gara obat pengencer darah habis di rumah sakit, diganti Bodrexin sama pihak rumah sakit. Gimana, ya, ini, yah? Bo***** tuh, buat satu bulan," tulis sang netizen, dikutip dari akun TikTok @benkys76
Video tersebut akhirnya viral dan menuai berbagai respon dari warganet, salah satunya netizen yang mengaku merupakan seorang apoteker. Lewat akun TikTok @Akugajaah, ia memberi komentar atas video itu.
Ia menyebut, secara kandungan kedua jenis obat tersebut mengandung isi yang sama.
"Halo, izin berkomentar, ya, kakak. Saya apoteker klinis. Bo****** berisi asam asetilsalisilat dengan dosis 80mg, isinya sama dengan pengencer darah dengan merk aspilet atau miniaspi 80mg," kata akun TikTok @Akugajaah.
Hal senada juga disampaikan akun TikTok Apotek Anggun Bekasi, "Kandungan (obat pengencer darah dengan Bodrexin) sama,” katanya.
Senada juga dengan komentar Apt. Rian Nurdiana, "Sama saja itu. Sama-sama aspirin."
Namun, Health Educator Valisa di akun Twitter miliknya, @valiisaa menjelaskan sebetulnya ada perbedaan di antara Bo***** dan obat pengencer darah pada umumnya.
Valisa menjelaskan bahwa benar Bo***** mengandung Asam Asetilsalisilat, kandungan tersebut digunakan untuk anti-pembekuan darah, antinyeri, antiinflamasi, dan antipiretik atau penurun panas.
Tapi, dalam dunia farmasi itu ada beberapa indikasi khusus dari obat, seperti pada pasien jantung atau pasien stroke.
"Asam Asetilsalisilat digunakan sebagai pengencer darah atau antiplatelet. Kalau pada pasien anak digunakan untuk menurunkan demam atau mengurangi nyeri dan sakit gigi," terang Valisa.
"Pembagian indikasi ini sudah diatur oleh pemerintah," sambungnya.
Ia melanjutkan, penggolongan obat juga didasarkan pada indikasi dari obat tersebut.
Bo***** sendiri, kata Valisa, diindikasikan untuk pereda sakit gigi dan penurun demam pada anak, sehingga digolongkan sebagai obat bebas atau lingkaran hijau.
Sedangkan untuk pasien jantung atau stroke, asam asetilsalisilat digolongkan sebagai obat keras, karena perlu pemantauan dokter dalam jangka waktu konsumsi yang lama.
"Jadi, meski pun isinya sama, tapi tujuan indikasi penggunaannya antara Bo*****, aspilet, miniaspi, thrombo aspilet itu berbeda," terang Valisa.
Valisa menerangkan, jika obat seperti Bo*****, In**** atau Con****** itu penggunaannya dengan dihisap, bertujuan bisa lebih cepat masuk ke pembuluh darah dan demam atau sakit gigi anak lebih cepat berkurang.
Sementara untuk orang dengan penyakit jantung, penggunaan asam asetilsalisilat dibuat bentuk enteric coated tablet atau tablet salut enterik. Dengan sediaan itu, diharapkan asam asetilsalisilat dapat pecah di usus, bukan di lambung.
"Karena kalau pelepasan obat terjadi di lambung, ini bisa berisiko pasien jantung atau stroke mengalami perdarahan lambung atau tukak lambung akibat iritasi asam asetilsalisilat. Makanya, sediaan asam asetilsalisilat untuk pasien jantung atau kronis dimasukkan ke dalam golongan obat keras, karena pemakaiannya jangka panjang dan perlu pengawasan dokter," jelas Valisa panjang lebar.