Inilah salah satu alasan mengapa penumpang disarankan untuk tetap mengenakan sabuk pengaman meskipun rambu tersebut mungkin dimatikan. Sayangnya, nasihat ini terkadang tidak diindahkan bahkan terkesan diabaikan.
“Mereka melihat kami masih berjalan-jalan, jadi mereka pikir semuanya baik-baik saja,” kata pramugari berusia 32 tahun itu.
“Kami juga menjelaskan kepada para orangtua khususnya bahwa ketika mereka meletakkan bayinya di keranjang bayi, bayi di dalamnya perlu berbaring dengan retsleting terpasang. Jika tidak, ia bisa saja terbang dan menghantam langit-langit (saat turbulensi),” tuturnya lagi.
Mr Chow menambahkan, risiko keselamatan selama penerbangan bisa sangat mengancam penumpang yang mengantri di toilet. Jika memungkinkan, ia mengimbau, penumpang sebaiknya mengontrol asupan cairan untuk meminimalkan kunjungan ke kamar kecil di pesawat.
Sedangkan Ketua kursus Diploma Manajemen Penerbangan (AMS) di Politeknik Temasek, Abbas Ismail menyarankan awak kabin harus lebih proaktif memandu penumpang yang mengantre toilet untuk kembali ke tempat duduk mereka.
Menurut Ismail, awak kabin yang sedang berpindah juga harus mencari tempat duduk secepat mungkin ketika turbulensi meningkat.
“Jika kru tidak dapat mencapai kursi kru terdekat tepat pada waktunya, carilah kursi penumpang terdekat yang tersedia dan kencangkan sabuk pengamannya,” tandasnya.
(Rizka Diputra)