KASUS turbulensi pesawat belakangan kian marak terjadi. Terbaru, pesawat Air Europa tujuan Montevideo, Uruguay mendarat darurat di Brazil setelah dilanda turbulensi parah.
Akibatnya, puluhan penumpang menderita cedera kepala, leher dan dada. Boeing 787-9 Dreamliner yang mengangkut 325 penumpang itu dilanda turbulensi kuat tepat di atas di Samudera Atlantik saat mendekati pantai Brazil. Masalah keselamatan selama turbulensi dalam penerbangan ini lantas menjadi pusat perhatian.
Terlebih belum lama ini, kasus turbulensi pesawat Singapore Airlines (SIA) SQ321 juga menyebabkan satu penumpang meninggal dan puluhan lainnya luka-luka.
Menyikapi fenomena ini, pakar penerbangan pun akhirnya angkat bicara. Mereka membeberkan sejumlah prosedur keamanan yang seharusnya dilakukan jika turbulensi terjadi, baik oleh penumpang maupun kru pesawat.
Selama penerbangan, Anda mungkin akan jenuh mendengar kru pesawat yang berkali-kali mengingatkan penumpang untuk selalu menggunakan sabuk pengaman.
Tentu hal tersebut bukan tanpa alasan. Sabuk pengaman jelas menjadi salah satu pengaman yang wajib dipakai ketika turbulensi terjadi.
Namun, apakah prosedur keamanan selama turbulensi pesawat hanya soal memakai sabuk pengaman? Jawabannya tentu ia. Namun, ternyata tidak cukup soal pemakaian sabuk pengaman. Menurut para ahli, penting bagi penumpang untuk harus selalu mengenakan sabuk pengaman dengan baik saat duduk.
Pakar penerbangan Universitas Sydney, Prof. Rico Merkert menjelaskan, sabuk pengaman yang dikenakan secara benar dinilai sangat efektif untuk menghindari cedera serius selama turbulensi kuat dalam penerbangan.
“Ada gunanya mendengarkan instruksi keselamatan dan sabuk pengaman harus selalu diikat saat duduk,” ujar Prof. Merkert, melansir dari laman CNA, Jumat (5/7/2024).
Sebab ia menilai, kebanyakan penumpang dalam penerbangan jarak jauh sering lupa memasang sabuk pengaman saat mereka ingin tidur.
“(Berlaku) termasuk bagi penumpang yang menggunakan flat bed di kelas bisnis,” imbuhnya.
Selain itu dirinya juga menyarankan penumpang untuk tidak pergi ke toilet saat kemungkinan terjadi turbulensi, seperti saat pesawat berada di atas lautan.
“Jika penumpang hendak menuju toilet dan terjadi turbulensi, mereka harus segera kembali ke tempat duduknya,” ujarnya.
Senad, konsultan keselamatan penerbangan, Michael Daniel menambahkan, tak hanya tetap wajib dipasang saat tidur, bahkan selama waktu makan, penumpang harus tetap mengenakan sabuk pengaman dalam kondisi apapun untuk menurunkan risiko menghadapi turbulensi mendadak.
“Kencangkan sabuk pengaman saat duduk, meskipun tanda kencangkan sabuk pengaman tidak menyala,” imbaunya.
Jika pesawat mengalami turbulensi saat penumpang sedang bergerak di dalam kabin atau dalam perjalanan menuju toilet, Daniel menyarankan mereka untuk berjongkok.
“Hal pertama adalah mencoba berjongkok rendah dan berpegangan pada sandaran tangan atau kabin atau sandaran kepala, apapun yang bisa Anda pegang,” katanya.
Lantas, bagaimana cara penggunaan sabuk pengaman bagi penumpang yang membawa anak? Mantan eksekutif maskapai penerbangan, Chow Kok Wah menjelaskan, anak di bawah usia tiga tahun harus digendong oleh orangtuanya dan diikatkan sabuk pengaman bersama dengan mereka.
“Bayi diikatkan sabuknya pada orang dewasa karena mereka tidak besar atau cukup kuat untuk ditempatkan dan diikatkan sabuk pada kursi terpisah,” ujar Chow.
Sabuk pengaman bayi juga bisa mencegah risiko bayi terpisah dari orangtuanya saat turbulensi terjadi. Karena itu, selama turbulensi, orangtua disarankan untuk menggendong bayinya.
“Jika anak berada di dalam keranjang bayi, ia harus dilepas dan diletakkan di pangkuan orang dewasa dengan mengenakan sabuk pengaman bayi,” tambah pria yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang kedirgantaraan itu.
Sementara, seorang mantan pramugari SIA yang menolak diungkap identitasnya menyebut, turbulensi yang menimpa dunia penerbangan akhir-akhir ini sebenarnya cukup sering terjadi.
Inilah salah satu alasan mengapa penumpang disarankan untuk tetap mengenakan sabuk pengaman meskipun rambu tersebut mungkin dimatikan. Sayangnya, nasihat ini terkadang tidak diindahkan bahkan terkesan diabaikan.
“Mereka melihat kami masih berjalan-jalan, jadi mereka pikir semuanya baik-baik saja,” kata pramugari berusia 32 tahun itu.
“Kami juga menjelaskan kepada para orangtua khususnya bahwa ketika mereka meletakkan bayinya di keranjang bayi, bayi di dalamnya perlu berbaring dengan retsleting terpasang. Jika tidak, ia bisa saja terbang dan menghantam langit-langit (saat turbulensi),” tuturnya lagi.
Mr Chow menambahkan, risiko keselamatan selama penerbangan bisa sangat mengancam penumpang yang mengantri di toilet. Jika memungkinkan, ia mengimbau, penumpang sebaiknya mengontrol asupan cairan untuk meminimalkan kunjungan ke kamar kecil di pesawat.
Sedangkan Ketua kursus Diploma Manajemen Penerbangan (AMS) di Politeknik Temasek, Abbas Ismail menyarankan awak kabin harus lebih proaktif memandu penumpang yang mengantre toilet untuk kembali ke tempat duduk mereka.
Menurut Ismail, awak kabin yang sedang berpindah juga harus mencari tempat duduk secepat mungkin ketika turbulensi meningkat.
“Jika kru tidak dapat mencapai kursi kru terdekat tepat pada waktunya, carilah kursi penumpang terdekat yang tersedia dan kencangkan sabuk pengamannya,” tandasnya.
(Rizka Diputra)