Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Alami Gangguan Pernapasan saat Suhu Panas Ekstrem, Minum Air Putih Saja Cukup?

Wiwie Heriyani , Jurnalis-Sabtu, 29 Juni 2024 |01:00 WIB
Alami Gangguan Pernapasan saat Suhu Panas Ekstrem, Minum Air Putih Saja Cukup?
Gangguan pernapasan saat suhu panas ekstrem. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

SUHU panas ekstrem yang terjadi di berbagai negara belakangan menjadi sorotan. Hal ini membuat kasus gangguan saluran pernapasan hingga heat stroke meningkat.

Salah satu imbauan untuk mencegah kasus tersebut adalah dengan mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Salah satunya, dengan banyak minum air putih. Namun, ternyata ada beberapa kondisi dan kalangan masyarakat yang tidak cukup hanya mengonsumsi air putih untuk menjaga hidrasi tubuh.

Beberapa diantara mereka bahkan dianjurkan untuk mengonsumsi oralit atau cairan isotonis yang mengandung cukup cairan elektrolit fisiologis. Salah satunya, bagi lansia dan mereka yang tengah melalukan ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Mengapa demikian?

Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitas pada Poliklinik Rehabilitasi Medis KKHI Makkah, Dr. dr. Siti Chandra Widjanantie, menjelaskan, lapisa mukosilia, yang terdiri dari lendir (mukus) dan silia (bulu getar), berperan penting dalam melindungi saluran pernapasan.

Pada suhu panas atau udara kering, lapisan solusio layer (lapisan lendir bening) dapat menguap dan menyebabkan kekeringan. Secara alami, lapisan pelindung saluran pernapasan, dari atas sampai bawah, adalah lapisan mukosilia. Lapisan tersebut terdiri dari mukus (lendir) yang secara alami melumasi saluran pernapasan, serta silia (lapisan bulu getar) yang selalu bergerak untuk menyapu dan membersihkan saluran pernapasan.

Lapisan mukus atau lendir tersebut terdiri dari dua lapisan. Lapisan teratas, yakni lendir yang kental dan dikenal sebagai gel layer (berwarna putih pekat seperti susu, mengandung mukoid). Lapisan bawah, yakni solutio layer (lapisan lendir bening) yang encer dan berisi cairan isotonis (NaCl, air).

Suhu panas

"Pada kondisi suhu panas atau udara kering, maka lapisan solusio layer akan menguap terlebih dahulu, sehingga mengering bila pasien tidak cukup terhidrasi dengan cairan isotonis yang mengandung cukup cairan elektrolit fisiologis," ujar dr. Chandra, dalam siaran pers Kementerian Kesehatan RI, Sabtu (29/6/2024).

Dokter Chandra menerangkan, jika cairan solusio layer ini kering, bulu getar atau silia saluran pernapasan akan lengket, sulit bergerak, karena yang melapisinya hanya gel layer saja. Hal ini memicu batuk kering, terasa dahak lengket dan berlebihan. Berkurangnya kadar air dalam lendir saluran pernapasan dapat diperiksa dari jumlah air kencing atau keruhnya warna air kencing (urin).

Hal ini menandakan tubuh sedang mengalami kekurangan cairan tubuh akibat dehidrasi pada suhu panas. Karena itu, cara termudah untuk mengembalikan cairan tubuh adalah dengan banyak minum air. Akan tetapi, pada lansia yang keinginan minumnya sudah berkurang, atau sensor tubuh akan keinginan minum tidak cukup cepat memberikan sensasi rasa haus, maka kebutuhan pemulihan cairan tersebut akan terhambat.

Pada orang dewasa yang padat aktivitas pun sering kali rasa haus dan kebutuhan untuk minum terabaikan. Pada situasi dengan panas ekstrem di antara 40-50an derajat Celcius seperti pada musim haji kali ini, keluhan batuk, tenggorokan kering, dan iritasi saluran pernapasan atas akan mendominasi gejala klinis saat jamaah beradaptasi dengan lingkungan panas di Tanah Suci.

"Pemberian minuman rehidrasi dengan memberikan tambahan oralit yang berisi larutan gula garam fisiologis, diharapkan akan dengan cepat memperbaiki lapisan solusio layer yang kering akibat efek udara panas dan penguapan cairan tubuh," tutur dr. Chandra.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement