TURIS China yang sedang melakukan perjalanan di Malaysia menuntut sebuah perkebunan durian setelah dirinya digigit anjing yang menyebabkannya terpaksa tinggal lebih lama di daerah tersebut untuk menyelesaikan perawatan intensif.
Melansir Asia One, pelancong yang menjadi korban gigitan anjing itu merupakan warga asli Liaoning, bernama Peng Huiyue (32).
Peng awalnya mendatangi sebuah perkebunan di Penang dan telah membayar prasmanan untuk makan durian sepuasnya. Dia mengeluarkan biaya RM 40 atau sekitar Rp130 ribu per orang untuk mendaftar prasmanan tersebut setelah ia melihat iklan di Xiaohongshu pada 20 Juni 2024 lalu.
Setiba di lokasi pukul 14.00 bersama pengunjung wanita lainnya mereka kemudian diantar ke kebun oleh pemilik perkebunan tersebut. Belum sempat menikmati prasmanan durian yang direservasinya, nasib buruk lebih dulu menimpa Peng.
"Saat akan mencuci tangan untuk bersiap menikmati durian, seekor anjing berlari ke arahku dan menggigit pahau sehingga membuat pakaianku robek," tulisnya dalam sebuah postingan di Xiaohongshu.
Setelah insiden tak terduga yang menimpanya itu, Peng langsung dibawa ke klinik oleh pemilik kebun. Ia mendapat dosis vaksin rabies dan diberitahu bahwa Peng harus tinggal di Penang selama satu bulan penuh untuk menyelesaikan lima vaksin berikutnya yang harus diterima sesuaj jadwal.
Mendengar keputusan itu, Peng geram bukan main dan mendesak biaya ganti rugi meliputi akomodasi tambahan yang harus dikeluarkan akibat kesialan yang dialaminya itu. “Tetapi dia (pemilik kebun) mengatakan bahwa dia hanya mampu membayar untuk vaksinasi rabies,” kata Peng kepada China Press.
“Yang lebih membuat saya kesal adalah dia mengutip contoh; 'Jika seorang pelanggan tertimpa durian yang jatuh, apakah saya harus memberikan kompensasi juga?'” keluh Peng.
Tak terima dengan keputusan sang pemilik kebun, Peng akhirnya menuntut yang bersangkutan dan melaporkannya ke kepolisian setempat. Di kantor polisi, Peng meminta pemilik perkebunan itu membayar kompensasi sebesar RM 3.000 (Rp9,8 juta) untuk biaya pengobatan, akomodasi, serta pakaiannya yang robek yang ia klaim merupakan pakaian baru.
Sementara itu, pemilik kebun hanya bersedia membayar setengah dari jumlah yang dimintanya, di mana nominal tersebut termasuk menutupi biaya vaksinasi sebesar RM 280 (Rp923 ribu) dan sebagin biaya akomodasi.
Peng mengatakan, pemilik kebun awalnya menyebut jika anjing itu miliknya dan telah divaksinasi. Sang pemilik bahkan menunjukkan foto dan video ketika anjingnya diberi infus. Sedangkan, saat di kantor polisi si pemilik kebun mengklaim bahwa anjing itu adalah anjing liar dan polisi pun membenarkannya.
Peng juga melaporkan kejadian itu kepada Konsulat Jenderal Tiongkok di Penang untuk memperoleh bantuan. Namun, pihak tersebut memberitahunya bahwa polisi harus menyelesaikan penyelidikan tersebut terlebih dahulu sebelum akhirnya pihak mereka yang turun tangan untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut.
Ia lantas mengaku sangat frustrasi akibat insiden yang dialaminya dalam kunjungan kelimanya ke Malaysia. Peng berada dalam perjalanannya mengelilingi Malaysia berawal dari Johor Bahru pada 28 Mei dan telah melewati Malaka serta Kuala Lumpur sebelum akhirnya sampai di Penang.
Sayangnya, insiden ini menyebabkan perjalanannya terhambat. Jika tidak digigit anjing, Peng sudah melanjutkan travelingnya ke Langkawi dan Cameron Highlands sebelum kembali pulang ke negaranya.
(Rizka Diputra)