ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menyebut DBD merupakan salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia. Jumlah kasus demam berdarah tertinggi tercatat pada 2023, yang mempengaruhi lebih dari 80 negara di seluruh wilayah WHO.
Di Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan mencatat hingga minggu ke-23 2024 saja, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus. Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang 2023 yaitu 894 kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr Imran Pambudi, MPHM, mengatakan sampai saat ini, pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia berfokus lebih berat pada pengendalian vektor yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
“Sejak 1980-an, kita telah menjalankan Gerakan 3M Plus secara berkelanjutan, dilanjutkan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan baru-baru ini, kami memperkenalkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia sebagai bagian tambahan dari program yang ada,” ujar Imran dalam acara Indonesia Dengue Summit yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) baru-baru ini.
Imran menambahkan meskipun semua upaya ini telah dilakukan, kasus demam berdarah di Indonesia masih menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pihaknya yakin bahwa pendekatan inovatif lainnya diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.
“Karena itulah, Kemenkes terus menguatkan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, dan berkomitmen menerapkan pendekatan-pendekatan inovatif, termasuk melalui vaksinasi. Hal ini sejalan dengan pilar kelima dan keenam dari Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah kami canangkan di 2021,” tuturnya.