POLYCYSTIC Ovary Syndrome (PCOS) atau sindrom polikistik ovarium, ternyata merupakan kelainan hormonal yang paling sering terjadi pada wanita remaja dan perempuan usia subur di dunia.
Faktanya, menurut data epidemiologi diperkirakan sindrom PCOS dialami oleh lebih dari 116 juta atau sekitar 3,4 persen wanita di seluruh dunia.
“1 dari 10 wanita berpotensi menderita PCOS,” ujar Ahli Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)FER, MARS dalam acara media briefing bersama Smart Fertility Clinic by Smart IVF, di Primaya Evasari Hospital, baru-baru ini.
Dokter Cepi menjelaskan, seseorang yang menderita PCOS biasanya punya sel telur yang cukup banyak di dalam indung telur. Namun, sel telur yang banyak itu berukuran kecil dan tidak bisa keluar dari dalam indung telur saat masa subur.
BACA JUGA:
“Jelang masa subur biasanya ada satu perwakilan sel telur yang ukurannya besar, ketika bertemu sperma akan jadi (kehamilan), tapi kalau PCOS nggak keluar dari cangkangnya dan berukuran kecil terus. Jadi sel telurnya banyak tapi nggak berguna,” tuturnya panjang lebar.
BACA JUGA:
Lantas apa sih penyebab PCOS yang banyak dialami oleh perempuan? Menurut dr. Cepi penyebabnya, pertama bisa datang dari adalah gaya hidup yang tidak sehat. Selain itu juga pola makan yang terlalu banyak konsumsi gula.
“Konsumsi makanan manis boleh saja, asal jumlahnya normal. Sebab kebanyakan konsumsi itu (manis) lemaknya banyak, bisa meningkatkan resistensi insulin atau kencing manis,” dr. Cepi
“Kencing manis ada hubungannya dengan PCOS. Pada pasien yang resistensi insulinnya tinggi, overweight dan obesitas secara tidak langsung membuat kualitas sel telur enggak bagus dan membuat sel telur berukuran kecil,” tegasnya.
Selain makanan, orang yang mager atau malas gerak bisa berpotensi PCOS. Itulah kenapa, dr Cepi menyarankan setiap perempuan idealnya rutin melakukan aktivitas fisik alias jangan malas bergerak.
“Semakin banyak kalori yang dikeluarkan per harinya, kita bisa membantu menurunkan berat badan. Menurunkan berat badan sekitar 2 sampai 5 persen, bisa membuat sel telur lebih baik,” tutup dr, Cepi
(Rizky Pradita Ananda)