SERINGKALI seseorang mengabaikan risiko yang mungkin terjadi akibat penggunaan produk seperti tampon. Namun, seorang model ini telah membagikan pengalamannya setelah kehilangan kedua kakinya akibat menggunakan tampon.
Pada 2012, Lauren Wasser dari Santa Monica, California mengalami nasib buruk setelah mengganti tamponnya setiap empat jam. Dia mulai mengalami gejala mirip flu dan demam tinggi secara tiba-tiba. Remaja berusia 24 tahun itu harus dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan 10 menit lagi dari kematian.
Dia menderita dua kali serangan jantung dan gagal ginjal, serta jaringan tubuhnya mulai membusuk. Untuk itu, dokter tidak punya pilihan selain mengamputasi kaki kanan Wasser dan beberapa jari kaki kirinya. Namun, enam tahun kemudian kaki kirinya juga diangkat.
Melansir dari vt pada Senin (13/5/2024), wanita tersebut diduga menderita sindrom syok toksik (TTS). Menurut National Library of Medicine, TSS merupakan penyakit akut yang ditandai dengan demam, hipotensi, ruam seperti terbakar sinar matahari, dan kerusakan organ.
Penyakit langka ini disebabkan oleh kelebihan bakteri staphylococcus aureus di dalam tubuh dan dapat dengan cepat mengancam jiwa jika tidak segera diobati. Hal tersebut dapat terjadi saat menggunakan tampon, cangkir menstruasi, atau bahkan dari luka yang terinfeksi.
Selanjutnya, Model dan aktivis ini mengungkapkan bahwa TSS dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja bahkan pada mereka yang menggunakan tampon dengan benar. Lauren Wasser menyatakan bahwa banyak produk siklus menstruasi yang ada di pasaran penuh dengan pemutih dioksin dan klorin.
Meskipun produk tersebut disajikan dalam bentuk 100 persen katun, namun masih disemprot juga dengan pestisida. Satu dekade sejak dia terinfeksi, Wasser memfokuskan kembali pekerjaan hidupnya untuk mengadvokasi pendidikan tentang tampon dan mengubah perbincangan kolektif seputar TSS.