Sebagaimana hukum syariat, Islam melarang pemeluknya mengonsumsi daging babi dan alkohol, termasuk mirin yang biasa digunakan dalam makanan Jepang.
Beberapa kecap di makanan setempat pun mengandung alkohol. Untuk itu, negara memberikan subsidi agar menu tersebut lebih ramah bagi muslim.
Selain pengembangan menu, proyek ini juga mempromosikan penggunaa piktogram agar para pengunjung dapat melihat gambaran secara sekilas bahan-bahan apa saja yang terdapat dalam olahan tersebut. Ini dinilai sangat membantu bagi para wisatawan muslim dalam memilih makanan.
Badan tersebut juga memerhatikan subsidi dari program itu untuk pembangunan ruang-ruang shalat bagi setiap muslim di kawasan wisata dan mendirikan tempat istirahat di pinggir jalan (Michi no eki).
Proyek ini merupakan bentuk kepekaan Jepang terhadap bertambahnya jumlah wisatawan dari negara-negara Asia Tenggara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar, seperti Indonesia dan Malaysia serta di sebagian negara lainnya.
Tak hanya wisatawan muslim, ternyata proyek ini juga diupayakan untuk kenyamanan wisatawan vegetarian. Beberapa pengembangan menu makanan diperuntukkan bagi kenyamamanan kelompok tersebut.
Mengutip Japan Times, jumlah pengunjung vegetarian di Jepang mencapai 1,67 juta pada 2018 dengan pengeluaran mereka untuk makanan dan minuman menyentuh angka 45 hingga 60 miliar yen. Jumlah tersebut pun saat ini masih diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.
(Rizka Diputra)