KETIKA anak harus berjuang melawan maut, orang tua tentu akan berusaha mati-matian melakukan apapun demi kesembuhan sang buah hati tercinta. Meski di tengah keterbatasan sekalipun.
Seperti yang dilakukan pak Adi dan bu Suci. Suami istri asal Dumai, Riau, ini harus menerima kenyataan pahit, karena anak bungsu mereka yang masih berusia balita divonis mengalami komplikasi jantung.
Hati orang tua mana yang tak terpukul mengetahui sang anak yang masih mungil tersebut harus mengidap penyakit yang sangat kronis. Malangnya lagi, sang anak yang bernama Zayan Al Faiz itu juga lahir berkebutuhan khusus karena mengidap down sindrom.

Meski begitu, hal tersebut tak membuat pak Adi dan bu Suci pasrah. Meski kondisi ekonomi keluarga mereka sendiri serba kekurangan, namun hal tersebut tak membuat keduanya menyerah.
Pak Adi dan bu Suci justru mencoba melakukan berbagai cara. Bentuk ikhtiar pertama mereka demi kesembuhan sang anak adalah dengan pergi ke salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta. Tak tanggung-tanggung, keduanya bahkan hampir menempuh perjalanan sejauh 1.500 km dari Dumai ke Jakarta demi mengusahakan pengobatan Zayan.
Sesampainya di sana, keduanya kembali dibuat lemas. Pasalnya, sang buah hati mulai gelagapan membiru, seperti ingin meraup oksigen. Bahkan, kata dokter, saturasinya sempat di angka 19 mmHg!

Penjelasan dokter pun sempat membuat pak Adi dan bu Suci sedih bukan main. Hati mereka bak tersayat-sayat. Bagaimana tidak, anak sekecil Zayan harus merasakan meja operasi karena komplikasi jantungnya.
“Dokter bilang, pembuluh jantung Zayan terbalik! Darah yang seharusnya masuk ke paru malah mengalir ke jantung.. Belum lagi katupnya bocor hingga Zayan harus jalani operasi,” tutur bu Suci.
Rasa sedih pak Adi dan bu Suci tidak berhenti sampai di situ. Pasalnya, keduanya tentu membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengobatan dan juga operasi Zayan. Tanpa tabung oksigen, Zayan mungkin tak akan bertahan, dan tanpa operasi puluhan juta, kondisi Zayan juga tak akan membaik!
Kondisi Zayan di ICU hanya boleh ditemani satu wali. Demi agar Zayan bisa ditemani sang ibu, juga tak punya uang sama sekali, pak Adi rela tidur di masjid ibu kota, daerah yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Sepanjang malam dirinya bersimpuh di masjid itu, berharap ia dan sang istri masih bisa menemukan asa di tengah susahnya kehidupan mereka.
Begitu pun dengan bu Suci. Ingin rasanya ia melihat Zayan tumbuh sehat. Sayangnya, mereka harus kembali ke kampung halaman karena sama sekali tak punya biaya untuk bertahan di ibu kota. Namun, di tengah kesusahan yang mereka alami, pak Adi dan bu Suci tak begitu saja pasrah dan putus asa. Mereka terus melakukan berbagai usaha.
Kini, bu Suci ikhtiar menabung dari jualan ayam geprek milik orang. Pak Adi pun menjaga toko elektronik milik orang. Pilunya, gabungan pendapatan mereka belum cukup tuk lanjutkan pengobatan Zayan. Ditambah, kakak Zayan harus tertunda pendidikan karena tak bisa melunasi uang sekolah.
Jangankan untuk bolak-balik RS, keperluan susu khusus Zayan dan tabung oksigen seringkali tak bisa dipenuhi. Hingga kini, bu Suci dan pak Adi terus berdoa, semoga ada keajaiban yang menolong buah hati mereka.
(Martin Bagya Kertiyasa)