Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kemenkes Tindaklanjuti Ribuan Calon Dokter Spesialis yang Alami Depresi

Devi Pattricia , Jurnalis-Kamis, 25 April 2024 |01:00 WIB
Kemenkes Tindaklanjuti Ribuan Calon Dokter Spesialis yang Alami Depresi
Kemenkes buka suara soal ribuan dokter spesialis yang alami depresi. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait dengan ribuan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang mengalami depresi ringan hingga berat.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap bahwa untuk mengisi kekosongan dokter spesialis di Indonesia, kurang lebih dibutuhkan waktu 15 sampai dengan 20 tahun lamanya.

Kurangnya dokter spesialis di beberapa rumah sakit daerah ini terjadi didasari oleh berbagai faktor, yaitu sulitnya melanjutkan pendidikan spesialis dan juga biaya pendidikan yang mahal.

“Kekurangan ini terjadi karena dokter spesialis itu itu sangat susah masuknya, sangat sedikit tempatnya, dan sangat mahal,” tutur Menkes Budi dalam Konferensi Pers Kemenkes di ICE BSD, Rabu 24 April 2024.

dokter

Hal ini yang membuat dokter spesialis di Indonesia semakin langka. Ditambah lagi dengan adanya peserta PPDS yang depresi, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Kemenkes.

Menkes Budi menjelaskan bahwa pendidikan dokter spesialis di Indonesia lebih kompleks jika dibandingkan dengan negara lain. Prosesnya pun tidak bisa langsung dan harus melalui berbagai tahapan yang memakan waktu serta biaya yang besar.

“Karena sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia, mungkin satu-satunya di dunia ya, yang harus berhenti dulu jadi dokter, melamar ke perguruan tinggi, bayar uang kuliah selama empat tahun gak ada income. Begitu lulus baru balik lagi bekerja,” ujarnya.

Oleh karenanya, untuk dapat mencetak dokter-dokter spesialis baru ini, Kementerian kesehatan berupaya untuk memfasilitasi para calon dokter spesialis yang mengalami depresi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menemui psikiater. Nantinya para dokter spesialis tersebut akan diresepkan obat jiwa dan bisa menjalankan perawatan lebih lanjut.

"Kami tahu ada yang punya depresi minim atau berat, itu secara protokol dan ini dilakukan oleh spesialis ahli-ahli kesehatan jiwa. Ini harus dikonsultasikan ke psikiater,” kata Menkes Budi.

Selain mengobati para peserta PPDS, Menkes Budi menjelaskan bahwa pihaknya juga perlu memastikan bahwa para peserta PPDS itu tidak di drop out akibat mengalami depresi.

“Udah harus ditangani oleh psikiater dokter, itu yang kami lakukan, kami fokusnya ke situ. Ini adalah screening kami mau pastikan orang-orang yang nanti akan jadi dokter jangan sampai drop out,” tuturnya.

(Leonardus Selwyn)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement