MEMILIKI kulit sehat dan glowing menjadi idam-idaman para kaum hawa di era sekarang ini. Tak jarang banyak wanita yang mengusahakan berbagai macam cara untuk memiliki kulit idamannya.
Bahkan saking tergila-gilanya dengan kulit glowing dan mulus, banyak anak-anak perempuan yang mulai mengaplikasikan skincare hingga melakukan perawatan khusus di usia yang amat muda. Peristiwa tersebut menyadarkan bahwa sebegitu besarnya kondisi kulit berpengaruh pada kepercayaan diri seseorang melalui tampilan fisik.
Bahkan seorang Kepala Laboratorium Ilmu Saraf Psikiatri di Institut Kesehatan dan Kedokteran Tropis Australia, Profesor Zoltan Sarnyai mengungkap bahwa masalah kesehatan mental serta emosi bisa terjadi karena banyak faktor, salah satunya akibat kondisi kulit.
“Masalah kesehatan mental dan emosi dapat terwujud dalam berbagai cara, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol dan reaksi histamin,” ujar Profesor Zoltan Sarnyai, dikutip dari Vogue.
Tak cuma itu, Profesor Zoltan Sarnyai juga menemukan sebuah penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dengan jerawat. Lebih dari setengah mereka yang diteliti menganggap munculnya jerawat bisa memicu stress lho.
“Dalam sebuah penelitian antara emosi dan jerawat, 67 persen dari kelompok pasien melaporkan adanya hubungan antara timbulnya jerawat dan peristiwa yang memicu stres,” ujarnya.
Profesor Zoltan Sarnyai juga mengidentifikasi lebih dalam terkait neurotransmitter yang terhubung dengan kulit seseorang. Dari situ ditemukan adanya empat pesan utama di otak yang mempengaruhi fungsi dan kualitas kulit dengan juga bekerja pada emosi.
Pertama, Profesor Zoltan Sarnyai melaporkan adanya hormon B-endorfin yang di otak berkontribusi pada kesenangan dan juga membantu regenerasi kulit seseorang. Kemudian ada Gamma-Aminobutyric Acid (GABA), sebagai neurotransmitter yang bisa mengurangi stres dan kecemasan, serta menenangkan peradangan pada kulit.
Bukan cuma itu, ia pun menemukan kortisol dalam otak yang bisa berpengaruh pada tingkat stres. Namun juga dapat melemahkan pelindung kulit dan membuat kulit lebih sensitif.
Selain itu, adapun Peptida terkait gen kalsitonin (CGRP) yang jika dikonsumsi secara berlebihan bisa membuat tubuh lebih mudah merasakan sakit dan menyebabkan stres inflamasi.
(Martin Bagya Kertiyasa)