Khawatirnya, anak menjadi pemberontak di kemudian hari. Tak cuma itu, dr. Mesty juga menjelaskan anak yang sering dipukul cenderung hiperaktif dan memiliki kesulitan untuk mengatur emosinya.
Bahkan hal ini bisa bertahan di ingatannya dan terus kesulitan mengatur emosi setelah bertahun-tahun kemudian, meskipun sudah tidak lagi dipukul.
“Berisiko lebih hiperaktif dan lebih sulit mengendalikan emosi bahkan bertahun-tahun setelah tidak dipukul,” tegasnya.
Ia menegaskan, sejatinya mendisiplinkan anak tak harus dengan memukul alias kekerasan secara fisik. Anak bisa mudah mengikuti arahan orangtua asalkan keluarganya hangat, orangtuanya bisa mengendalikan emosi, dan tidak bermain gadget secara berlebihan.
“Mendisiplinkan anak tanpa memukul. Pastikan dulu keluarga hangat, hubungan suami istri baik, orang tua bisa atur emosi, asupan gula anak, dan gadget tidak berlebih,” jelas dr. Mesty.