Sementara, Bupati Pasaman, Sabar AS menyebut, dengan ikon utama yang unik yakni berada di garis khatulistiwa, menjadikan Pasaman sebagai daya tarik wisata. Ini menjadi sebuah diferensiasi tersendiri bagi Pasaman sebagai destinasi wisata yang berbeda dengan tempat wisata lainnya.
"Karena itu kami terus berbenah untuk mengembangkan wisata selain kawasan Bonjol sebagai kawasan wisata terpadu, terintegrasi," ungkap Sabar.
Plt. Kepala Penelituan dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triono, menambahkan, fenomena khatulistiwa ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada Maret dan September. Karena pergerakan semu matahari seolah-olah matahari bergeser ke utara dan selatan.
(Foto: dok. Kemenparekraf)
"Saya pun berharap fenomena alam ini mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat, sehingga pariwisata di daerah Pasaman dikenal secara luas," kata Rahmat.
Selain perayaan Titik Kulminasi Matahari, Pasaman Equator Festival menghadirkan rangkaian acara lainnya yakni seminar astronomi, keberagaman budaya di Khatulistiwa, talkshow dengan tema "bedah langit Khatulistiwa Bonjol untuk Indonesia dan dunia", serta perayaan Hari Meteorologi ke-74 Dunia.
(Rizka Diputra)