Hal tersebut diamini oleh Kholid. Pria berusia 20 tahunan ini mengaku sudah berjualan selama 14 tahun, sejak 2010 di Jakarta. Saat pertama kali berjualan, Kholid sebelumnya berada di wilayah Jakarta Pusat, dan kemudian pindah ke kawasan Jakarta Selatan mengikuti Subhan.
"Alhamdulillah omzet per hari dari berjualan ini bisa Rp300-400 ribu. Itu dengan berjualan dari pukul 17 sore hingga 07 keesokan pagi. Yang penting mau berusaha dan tidak pantang menyerah," tuturnya.
Dengan kerja kerasnya, Kholid mengaku bersyukur bisa menabung dan mempunyai sejumlah aset di kampung halamannya. "Belum nikah, lumayan sudah ada sawah," tukasnya.
Kholid pun beruntung telah menjadi bagian dari Klaster Starling yang dibina oleh Bank BRI. Dia mengaku, tidak susah lagi dalam menabung dan bertransaksi secara online.

Kholid, pedagang Kopi Starling sejak 2010
"Dengan menggunakan qris, nggak perlu lagi kasih kembali ke pelanggan. Dengan menggunakan Brimo, sangat lebih mudah dalam bertransaksi dan transfer uang," ceritanya.
Berdasarkan data hingga Maret 2023, BRI membina sebanyak 274 klaster kopi di seluruh Indonesia. Ini merupakan salah satu program dan kontribusi perseroan dalam memberdayakan pelaku usaha kopi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, serta peningkatan kesejahteraan petani.
Direktur Utama BRI Sunarso dalam beberapa kesempatan menyebutkan sektor hulu, bisnis kopi masih akan terus tumbuh dan berkembang di pasar domestik maupun global.
“Jadi penting bagi kita semua untuk mengetahui persis sebenarnya nilai tambah kopi itu ada di fase mana dan berapa besar nilai tambahnya. Lalu ke mana kita harus memfokuskan energi untuk meningkatkan nilai tambah kopi kita itu,” ujar Sunarso.
(Kemas Irawan Nurrachman)