Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bisnis Kopi Starling, Modal Kecil dengan Cuan Melimpah

Kemas Irawan Nurrachman , Jurnalis-Selasa, 12 Maret 2024 |14:21 WIB
Bisnis Kopi Starling, Modal Kecil dengan Cuan Melimpah
Bisnis Kopi Starling, Modal Kecil dengan Cuan Melimpah (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

Mungkin Anda pernah merasakan kopi keliling yang disajikan oleh pedagang di pinggir jalan besar. Penjualnya sangat khas yakni menggunakan sepeda dengan bagian jok belakangnya disulap menjadi kotak yang berisi termos air panas dan beragam 'peralatan tempur' lainnya seperti gelas plastik, sendok, gula, dan termos untuk menampung es batu.

Kopi keliling atau biasa dipanggil 'Starbuck' Keliling (Starling) ini memang menjadi solusi dari mahalnya kopi yang ada di gerai-gerai di kawasan elit. Selain praktis, tidak jarang para pembeli dari starling ini juga berasal dari karyawan kantoran yang menggunakan dasi perlente.

Jika menilik dalam sejarahnya, Kopi Starling ini berawal dari pedagang asongan yang dahulu menggendong keranjang berukuran segi empat yang terbuat dari kayu. Sistim penjualannya dengan berkeliling mengandalkan moda transportasi umum, dari satu bus ke bus lainnya, hingga angkutan kota lainnya.

"Kadang kita harus mengikuti sepanjang perjalanan bus tersebut sampai tujuan," kenang Subhan Zaki, pengelola Klaster BRI Starling Senopati saat ditemui Okezone.

Di era 2000an, pendagang asongan mulai tergerus oleh zaman. Penertiban pun digencarkan sehingga nyaris pedagang asongan tidak ada lagi di jalan-jalan besar. Kalaupun ada, mereka harus 'kucing-kucingan' dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP.

Bisnis Kopi Starling, Modal Kecil dengan Cuan Melimpah

Subhan Zaki, salah seorang pengelola Kopi Starling kawasan Jakarta Selatan

Sejak saat itu, penjualan pun berubah dengan menggunakan sepeda. Dengan menggunakan sepeda, para pedagang asongan ini bisa lebih leluasa berdagang di mana pun.

"Kadang kita juga masih berkejaran dengan Satpol PP, hehehe... Selain itu, menggunakan sepeda juga olah raga sehingga bisa lebih sehat," tuturnya sembari tersenyum saat menceritakan kenangan masa lalu.

Subhan menjadi salah satu yang beruntung dan bertahan hingga saat ini. Bermodalkan kepercayaan dari sang kakak, ia kini mengelola perkumpulan Kopi Starling di kawasan Jakarta Selatan.

Jumlah 'anak buah' yang berkisara puluhan orang itu dikelola dengan baik. Mereka dapat tempat tinggal secara gratis dirumah yang Subhan sewa selama setahun dengan biaya Rp100 juta.

Wajar jika harga tempat tinggal mereka mahal, karena berada persis di belakang gedung-gedung mewah sekitar Jalan Senopati. Pemilihan lokasi ini memang sesuai dengan lokasi berjualan dari anak buah-nya yang berada di sekitar Senayan, Blok M, Sudirman, hingga Senopati itu.

"Mereka (anak buah) dibebaskan untuk tinggal di sini tanpa bayar, tapi ya seadanya. Jika sudah berkeluarga, biasanya mereka bisa mengambil kamar sendiri dan harus membayar sendiri," tuturnya.

Untuk menutupi biaya, Subhan menerapkan sistim agar anak buahnya membeli semua keperluan seperti kopi, gula, es batu, air panas, mie kemasan, serta gelas plastik di warung yang didirikan oleh sang kakak.

"Jika mereka tidak punya modal, kita berikan dulu biar bisa usaha. Setelah berjalan, mereka bisa berjalan dengan sendirinya. Kita saling membantu saja, karena kebetulan mereka juga berasal dari tetangga maupun saudara kita di kampung," tandasnya.

Untuk sekali berjualan, setidaknya para pedangan Kopi Starling ini membutuhkan biaya Rp4-5 juta. Dana tersebut dibelikan untuk keperluan sepeda, termos air panas dan es, kotak penampungan yang berada di belakang dan kopi.

"Untuk modal sepeda-nya saja lumayan mas, bisa Rp2 jutaan untuk yang terbaru. Tapi kalau beruntung dapat yang second, paling Rp700 ribuan. Kalau perlengkapan khusus kopinya saja bisa sampai Rp1,5 sampai 2 juta," tuturnya.

Jika beruntung, para anak buahnya bisa mendapat uang hingga puluhan juta dalam satu bulan. "Tapi kuncinya harus mau kerja keras, jangan hanya nongkrong dan main hape di tempat mangkal," katanya.

Hal tersebut diamini oleh Kholid. Pria berusia 20 tahunan ini mengaku sudah berjualan selama 14 tahun, sejak 2010 di Jakarta. Saat pertama kali berjualan, Kholid sebelumnya berada di wilayah Jakarta Pusat, dan kemudian pindah ke kawasan Jakarta Selatan mengikuti Subhan.

"Alhamdulillah omzet per hari dari berjualan ini bisa Rp300-400 ribu. Itu dengan berjualan dari pukul 17 sore hingga 07 keesokan pagi. Yang penting mau berusaha dan tidak pantang menyerah," tuturnya.

Dengan kerja kerasnya, Kholid mengaku bersyukur bisa menabung dan mempunyai sejumlah aset di kampung halamannya. "Belum nikah, lumayan sudah ada sawah," tukasnya.

Kholid pun beruntung telah menjadi bagian dari Klaster Starling yang dibina oleh Bank BRI. Dia mengaku, tidak susah lagi dalam menabung dan bertransaksi secara online.

Bisnis Kopi Starling, Modal Kecil dengan Cuan Melimpah

Kholid, pedagang Kopi Starling sejak 2010


"Dengan menggunakan qris, nggak perlu lagi kasih kembali ke pelanggan. Dengan menggunakan Brimo, sangat lebih mudah dalam bertransaksi dan transfer uang," ceritanya.

Berdasarkan data hingga Maret 2023, BRI membina sebanyak 274 klaster kopi di seluruh Indonesia. Ini merupakan salah satu program dan kontribusi perseroan dalam memberdayakan pelaku usaha kopi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, serta peningkatan kesejahteraan petani.

Direktur Utama BRI Sunarso dalam beberapa kesempatan menyebutkan sektor hulu, bisnis kopi masih akan terus tumbuh dan berkembang di pasar domestik maupun global.

“Jadi penting bagi kita semua untuk mengetahui persis sebenarnya nilai tambah kopi itu ada di fase mana dan berapa besar nilai tambahnya. Lalu ke mana kita harus memfokuskan energi untuk meningkatkan nilai tambah kopi kita itu,” ujar Sunarso.

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement