LEE Kuan Yew ialah perdana menteri yang terkenal sebagai orang yang mengubah pelabuhan kecil menjadi pusat perdagangan global di Singapura.
Selain itu, dia juga menerapkan kehidupan yang rapi dengan menerapkan larangan mengunyah permen karet di negeri singa sejak 1992 silam.
Lee yang menempuh pendidikan di Cambridge, Inggris ingin memberikan perubahan kebersihan lingkungan di negara maju tetangga Indonesia itu.
“Selama bertahun-tahun sebagai kolumnis tamu, saya memikirkan teka-teki tentang permen karet. Namun akhirnya, memahami bahwa orang-orang cenderung menempelkan sisa-sisa permen karet di mana pun oleh pihak berwenang sebagai serangan nyata terhadap ambisi Singapura untuk menjadi sempurna,” tulis Plate, dalam bukunya Giants of Asia: Conversations with Lee Kuan Yew.
(Foto: Pexels)
Pemberlakuan larangan mengunyah permen karet ini ditambah dengan fenomena di Mass Rapid Transit (MRT) di Singapura.
Banyaknya masyarakat yang menempelkan permen karet di sensor pintu kereta menimbulkan seluruh sistem tidak berfungsi dan berdampak pada penundaan.
Bersamaan dengan larangan tersebut, diberlakukan pula undang-undang yang melarang membuang sampah sembarangan, mencoret-coret, meludah, menyebrangan dan mengeluarkan lendiri sembarangan, dan membuang air seni kecuali di toilet.
Tujuan dari aturan yang melarang mengunyah permen karet di Singapura adalah untuk memelihara keadaan kota yang bersih. Melansir Holidify, Dewan Pembangunan Perumahan menghabiskan lebih dari 125,000 dolar (Rp1,9 miliar) setiap tahun untuk membersihkan permen karet di trotoar, pintu kereta api, kursi bus, dan ruang publik lainnya.