PABRIK kimia PT Chandra Asri Pacific Tbk Ciwandan yang berlokasi di Kota Cilegon diketahui mengalami gangguan alat, sehingga menimbulkan pembakaran gas di cerobong (flare stack). Kejadian ini terjadi pada hari Sabtu, (20/1/2024) pukul 05.00 WIB.
Menyikapi kejadian tersebut, Ahli Kesehatan Lingkungan, dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH menyerukan agar masyarakat sekitar terutama yang tinggal di area dekat lokasi kejadian untuk memproteksi diri, dengan tidak hanya memakai masker tapi juga menutup jendela rumah.
.
“Ini menjadi penting bahwa saat terjadinya aktivitas flaring, jendela harus ditutup. Kemudian pintu juga ditutup untuk mengurangi infiltrasi polutan udara luar ini masuk ke dalam ruangan,” dr Dicky kala diwawancara, Minggu (21/1/2024)
BACA JUGA:
“Dan ini yang penting harus disampaikan (ke masayarakat) terlebih dahulu,” imbuhnya.
Lebih lanjut menurutnya, pengamanan akan lebih baik lagi apabila ruangan tertutup tersebut terdapat penyaring udara, yang sudah dilengkapi dengan HEPA filter untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan.
Kemudian selama aktivitas flaring, masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas di luar ruangan, ini demi mengurangi risiko terhirupnya atau terpapar dari polutan yang ditimbulkan. Selain itu, tentunya dr Dicky menyarankan apabila masyarakat menggunakan personal protective equipment atau APD seperti masker yang tepat.
“Sebetulnya menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan seperti masker untuk mengurangi inhalasi, tidak bisa menggunakan masker yang bedah gitu. Ini harus menggunakan masker yang N95 lah kurang lebih. Sebab ini partikel atau polutan yang dia bisa sangat terhirup apabila menggunakan masker bedah biasa,” jelas dr Dicky panjang lebar.
Tidak lupa, ia mengingat apabila masyarakat sebelumnya memiliki masalah gangguan pernapasan dan menjadi lebih buruk saat kejadian seperti ini, untuk segera mencari fasilitas kesehatan terdekat, sebab situasi seperti ini dapat menjadi pencetus ideal memperburuk penyakit.
“Dan tentu ini yang diperlukan untuk mencegah dampak selanjutnya,” pungkasnya.
(Rizky Pradita Ananda)