TURBULENSI dalam penerbangan menjadi pengalaman menakutkan bagi penumpang dan awak pesawat. Baru-baru ini, awak pesawat yang menjalani penerbangan melintasi Australia mengalami insiden serius yang menyebabkan mereka harus dilarikan ke rumah sakit.
Tak hanya itu, insiden turbulensi juga terjadi dalam sejumlah penerbangan tahun lalu. Dari delapan penumpang yang memerlukan bantuan medis setelah pesawat mereka mengalami guncangan di perjalanan ke Portugal, hingga kasus turbulensi parah yang mengharuskan penerbangan British Airways kembali ke bandara setelah keberangkatannya dari Teluk Benggala.
Turbulensi, sering diibaratkan sebagai 'gelombang udara kasar' yang dapat menciptakan masalah serius dalam dunia penerbangan.
Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mendefinisikan turbulensi udara jernih (clear-air turbulence/CAT) sebagai fenomena yang tiba-tiba terjadi di daerah tak berawan, menyebabkan hentakan pesawat yang kuat.
Keberadaan CAT sangat menyusahkan karena seringkali muncul tanpa peringatan visual yang jelas, meninggalkan pilot dengan keterbatasan informasi mengenai bahaya yang akan dihadapi.
Terdapat tiga penyebab utama terjadinya turbulensi, yaitu termal, mekanis, dan geser. Termal disebabkan oleh naiknya udara hangat melalui udara dingin, mekanis terjadi ketika bangunan atau hambatan buatan mengganggu aliran udara.
Sedangkan geser terjadi di perbatasan dua kantong udara yang bergerak ke arah berbeda. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan pesawat bergoyang dari sisi ke sisi.
Ribuan pesawat mengalami turbulensi parah setiap tahun, menyebabkan penundaan penerbangan dan bahkan kerusakan struktural pada pesawat.
Dengan perkiraan kerugian mencapai hingga USD1 miliar, penanganan dan pemahaman lebih lanjut tentang turbulensi menjadi esensial dalam upaya meningkatkan keselamatan dan efisiensi penerbangan global.
Turbulensi adalah fenomena yang sepenuhnya normal dalam dunia penerbangan. Pesawat modern didesain untuk dapat menahan dan melalui turbulensi dengan aman. Meskipun mungkin terasa menakutkan bagi penumpang, pilot memiliki pelatihan khusus untuk mengatasi situasi ini.
Pilot seringkali memiliki informasi sebelumnya tentang potensi turbulensi berdasarkan laporan cuaca dan data radar. Mereka dapat berkomunikasi dengan kontrol lalu lintas udara dan pilot lain yang beroperasi di wilayah yang sama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi cuaca.
Dengan adanya informasi ini, pilot dapat memperingatkan penumpang dan mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan dampak turbulensi. Lantas seberapa berbahaya efek turbulensi pesawat bagi penumpang?
Mengutip The Independent, penumpang sangat mungkin mengalami cedera akibat turbulensi. Namun, insiden semacam itu jauh lebih jarang terjadi daripada yang Anda bayangkan.
Berdasarkan data dari Administrasi Penerbangan Federal Amerika (FAA), rata-rata terdapat 33 orang yang mengalami cedera setiap tahunnya selama 16 tahun terakhir. Pada tahun 2017, jumlah tersebut bahkan lebih rendah, hanya terdapat 17 orang yang melaporkan cedera terkait turbulensi.