Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ilmuwan Temukan Gelombang Kematian di Otak, Apa Manfaatnya?

Wahyu Sibarani , Jurnalis-Selasa, 19 Desember 2023 |22:59 WIB
Ilmuwan Temukan Gelombang Kematian di Otak, Apa Manfaatnya?
Peneliti temukan gelombang kematian. (Foto: Newsweek)
A
A
A

SEKELOMPOK ilmuwan di Paris, Prancis mengklaim berhasil menemukan gelombang kematian yang jadi tanda awal dari proses meninggal dunia. Mereka yakin kondisi itu bisa saja dibalik agar kematian bisa tercegah.

Dilaporkan Newsweek, Selasa (19/12/2023) ini temuan terbaru tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Neurobiology of Disease. Temuan itu sendiri diyakini bisa memberikan pencerahan baru tentang proses kematian dan perubahan yang terjadi di otak.

Disebutkan Newsweek, secara klinis dan hukum, kematian umumnya dianggap sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan berhentinya aktivitas dan fungsi otak secara total dan tidak dapat diubah. Menurut pandangan ini, momen kematian diwakili oleh peristiwa tersendiri yang menyebabkan seluruh proses otak berhenti secara tiba-tiba.

Namun dari sudut pandang neurologis pengertiannya justru berbeda lagi. Dalam kacamata neurologis proses kematian dapat berlangsung beberapa menit dan disertai dengan serangkaian perubahan kompleks dalam aktivitas otak. Bahkan dalam beberapa kasus menurut mereka proses itu bisa saja dibalik.

Gelombang Otak

Temuan terbaru ini merupakan hasil penelitian para ilmuwan dari Paris Brain Institute pada tikus laboratorium. Dalam penelitian itu diperlihatkan bahwa manusia dikatakan menjalani proses kematian setelah kekurangan oksigen dalam jangka waktu lama, yang dikenal sebagai anoksia.

Saat itu terjadi aktivitas di otak mengalami serangkaian perubahan berturut-turut. Otak yang berhenti menerima oksigen kemudian mengalami gangguan pada neuron otak. Di saat itu sejumlah besar senyawa yang dikenal sebagai glutamatneurotransmitter terlepas. Senyawa itu yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak dan seluruh saraf di tubuh

Sinyal-sinyal itu membuat aktivitas neuron secara bertahap berkurang. Puncaknya keheningan sempurna di otak tercapai. Namun keheningan ini dengan cepat disela oleh munculnya gelombang kematian. Hadirnya gelombang kematian itu yang dinamakan para ilmuwansebagai 'depolarisasi anoksik'. Fenomena ini tampaknya memicu kematian sel di wilayah otak yang dikenal sebagai korteks.

“Gelombang ini biasanya dikaitkan dengan pengalaman sadar. Dalam konteks ini, gelombang ini mungkin terlibat dalam pengalaman mendekati kematian yang dilaporkan oleh orang-orang yang selamat dari serangan jantung dan pernafasan,” kata Severine Mahon, ahli saraf dari PBI.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement