ANGKA kematian akibat bunuh diri pada 2019 diperkirakan mencapai 6.480 kasus. Sementara itu, berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023.
Adanya fenomena bunuh diri ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya seseorang mengalami gangguan mental, masalah ekonomi, depresi, dan lain sebagainya.
Lantas bagaimana menanggapi seseorang yang memiliki ide bunuh diri?
Psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional DR dr Nova Riyanti Yusuf mengatakan ketika ada seseorang yang memiliki ide bunuh diri, sebaiknya jangan dianggap sebagai attention seeking atau hanya mencari perhatian.

“Lebih baik anggap is a possibility, tapi tidak menimbulkan kepanikan,” ujar dr Nova dalam webinar baru-baru ini.
Dokter Nova menambahkan sebaiknya orang sekitarnya harus memberi respon yang cukup sehingga orang itu merasa kehadirannya ada maknanya.
“Kebanyakan mereka hopless, mereka kesepian, jadi kita isi itu. Kita lakukan kayak im here with you. Nggak judge, sok-sokan jadi psikiater, nggak, just be there aja,” katanya.
“Nggak ngomong nggak apa-apa, yang penting dia tahu kalau you be there. Kita jadi bagian dari diri dia, dia merasa nggak ada harapan, bukan berarti kita memberi harapan, tapi simply bisa memberikan sebuah perasaan bahwa," tuturnya
"Harapan baru tumbuh belakangan kalau dia merasa diri dia ada maknanya buat orang lain. Dia merasa jadi beban buat orang lain, kadang perspektif dia aja, yang penting respon kita yang kuat nggak usah toxic positivity,” katanya.
Menurut dr Nova, nggak harus jadi seorang yang expert untuk menunjukkan berempati, cukup menempatkan diri pada orang lain saja.
“Yang artinya kalau berempati pada posisi orang lain ada kalanya kita susah sedih, itu lah yang kita lakukan pada orang lain,” katanya.
(Leonardus Selwyn)