KANKER paru menjadi penyakit kanker terbanyak ketiga di Indonesia. Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia.
Data tersebut menunjukkan kanker paru menjadi penyakit dengan angka kematian tertinggi di Indonesia. Dari jumlah data yang ada, kebanyakan dari pasien kanker paru-paru adalah laki-laki.
Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif, 59 tahun atau bahkan lebih muda. Tingginya kanker paru di Indonesia menandakan pentingnya edukasi terhadap masyarakat terkait penyakit ini. Salah satu hal yang harus diketahui oleh seluruh masyarakat yakni gejala-gejala kanker paru.
Menurut Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedokteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru Yayasan Kanker Indonesia mengatakan gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan lainnya.
“Batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru,” kata Elisna melalui siaran pers yang diterima MNC Portal, beberapa waktu lalu.
“Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat,” katanya.
Lebih lanjut, Elisna melarang masyarakat untuk melakukan diagnosis seorang diri hanya dengan melihat internet.
“Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet,” kata Elisna.
Adapun hal penting lain yang perlu diketahui setiap masyarakat yakni skrining dan deteksi dini sangat penting untuk kelompok berisiko.
“Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan. Sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko,” ucap Elisna.
Penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses. Alhasil pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik.
(Leonardus Selwyn)