BAGI sebagian orang ulat dinilai sangat menjijikan. Namun di balik bentuknya yang tidak terlihat menyenangkan, ulat kaya akan protein.
Salah satu ulat yang sering dikonsumsi adalah ulat sagu. Biasanya ulat sagu ini dimakan secara langsung dalam kondisi hidup-hidup. Kebiasaan ini ternyata sudah menjadi kebiasaan orang di wilayah timur Indonesia.
Dokter sekaligus Healthy Educator, dr Nadia Alaydrus menjelaskan tradisi makan ulat sagu memang sering dilakukan, terutama pada masyarakat yang berasal dari Papua. Ulat sagu atau yang disebut juga dengan Rhynchophorus Ferrugineus itu adalah makanan yang mudah sekali ditemukan di Indonesia bagian Timur.
“Ulat sagu sendiri ini berasal dari larva kumbang yang dia itu hidup di pohon sagu,” kata dr Nadia, dikutip dalam akun TikTok miliknya @nadialaydrus, Kamis (23/11/2023).

Ulat sagu memang dapat dikonsumsi dengan cara di goreng, di rebus, ataupun dalam keadaan mentah. Namun, apabila pengolahan yang dilakukan salah, maka dapat membuat kandungan di ulat sagu itu menurun.
Bahkan protein ini juga dapat terdenaturasi pada suhu 65 derajat celcius, dan mengakibatkan protein itu rusak.
Lantas bagaimana jika dikonsumsi dalam keadaan mentah? Apakah aman untuk kesehatan?
Dr Nadia mengatakan menurut salah satu penelitian berjudul 'Analisis Protein Ulat Sagu (Rhynchophorus ferrugineus) sebagai Pemanfaatan Sumber Zat Nutrisi dengan Metode KJHDEL Spektrofotometri dan SDS (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamdegell Electrophoresis)' kandungan ulat sagu dalam keadaan mentah memang tinggi protein.