Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Apa Keuntungan dan Kerugian dari Hubungan Manipulatif? Begini Penjelasan Psikolog

Chindy Aprilia Pratiwi , Jurnalis-Kamis, 23 November 2023 |01:00 WIB
Apa Keuntungan dan Kerugian dari Hubungan Manipulatif? Begini Penjelasan Psikolog
Bahaya hubungan manipulatif. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

BEBERAPA hubungan tanpa disadari cenderung mengarah kepada hal manipulatif yang sebetulnya menyiksa dirinya.

Hal inilah yang kerap dilakukan sebagian pasangan saat ini. Tentunya tanpa disadari hubungan toxic ini akan berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Lantas apa keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut?

Psikolog Klinis Dewasa, Disya Arinda mengatakan kerugian yang mungkin dirasakan pada seseorang sampai-sampai dia tidak menyadarinya seperti rendahnya keberhargaan diri, perasaan bersalah yang kronis, kecemasan yang sangat tidak rasional (sering overthinking dan sebagainya), risiko depresi, mood tidak stabil, sense of self jadi hilang, relasi sosial memburuk, sakit fisik karena stres, dan performa kerja jadi amburadul karena sulit fokus.

Toxic relationship

“Ini mereka alami tapi seringnya gak sadar itu adalah dampak dari manipulasi,” kata Disya, dikutip dalam akun X miliknya @disyarinda, Kamis (23/11/2023).

Sedangkan untuk manipulator kemungkinan akan dapat keuntungan dari upaya manipulasi itu berupa perhatian, pengakuan, meningkatnya kepercayaan diri (yang tidak sehat), perasaan puas, perasaan punya kuasa lebih besar, kebutuhan emosional yg terpenuhi, dan status sosial.

Namun mirisnya, keseringan ‘korban’ nya adalah orang yang memiliki self-esteem rendah, atau terlalu baik (menilai lingkungan akan selalu sesuai harapan), sulit menetapkan batasan sehat, serta yang sering cemas akan gimana penilaian orang lain terhadapnya.

“Menurutku, ‘korban’ manipulasi adalah orang yang dekat dengan manipulator. Kenapa? Manipulator membaca dan membiasakan pola rewarding itu tadi dan itu dibutuhkan interaksi yang sering,” ucap Disya.

Untuk itu peranan support sistem di sini sangat diperlukan. Sebab, seseorang yang tidak memiliki support sistem memadai biasanya berisiko menjadi ‘korban’ manipulasi karena jadi makin sulit untuk disadarkan dan ditolong.

Manipulasi dapat berkembang menjadi suatu relasi yang toxic karena pada dasarnya hal itu juga jadi bagian relasi kuasa. Ketika ini terjadi maka akan berisiko mengalami kekerasan dalam hubungan (KDP atau KDRT).

“KDRT itu berupa siklus yang berulang. Di dalamnya ada bentuk manipulasi juga kok! Biasanya terjadi di fase 'make up' dan 'tension',” tutur Disya.

(Leonardus Selwyn)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement