Pengetahuan masyarakat tentang risiko gula bagi kesehatan gigi dan mulut juga masih harus ditingkatkan. Survei Pepsodent pada 2022 yang melibatkan 1.142 orang dewasa menunjukkan bahwa 66 persen orang tua sebenarnya merasa khawatir akan kesehatan gigi dan mulut mereka karena asupan gula, namun di sisi lain 58 persen menganggap anak-anak boleh menerima asupan gula yang tinggi atau bahkan tidak mengetahui batas yang dianjurkan.
Prof. drg. Moh. Dharma Utama selaku Dekan FKG UMI menanggapi, “kondisi ini harus kita waspadai bersama, termasuk keluarga di wilayah Sulawesi Selatan seperti Makassar. Tercatat 56,3 persen masyarakat Sulawesi Selatan memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman manis sehari-hari”.
Perlu diketahui, imbuhnya, sisa makanan atau minuman manis yang tidak dibersihkan pada gigi menyebabkan bakteri berkembang lebih cepat. Bakteri ini memfermentasi sisa karbohidrat pada gigi menjadi asam, dan membuat lapisan gigi lebih rentan berlubang.
“Studi menunjukkan, saat seseorang mengonsumsi 1-2 porsi minuman berpemanis setiap hari, maka risiko gigi berlubangnya meningkat hingga 31 persen. Kita tentu tidak bisa sepenuhnya menghindari gula karena fungsinya sebagai sumber energi dan pendorong fungsi kerja otak, tapi konsumsinya harus dibarengi perilaku menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur, dan rutin berkonsultasi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali,” ucap Prof. Dharma.
Masyarakat Makassar harus lebih mewaspadai hal ini, karena permasalahan gigi berlubang di Sulawesi Selatan merupakan yang tertinggi keempat di Indonesia berdasarkan data dari Riskesdas pada 2018, yaitu sebesar 55,5 persen.