Wilayah-wilayah itu akan mengalami gelombang panas dengan kelembapan tinggi. Gelombang panas dengan kelembaban yang lebih tinggi bisa lebih berbahaya karena udara tidak dapat menyerap kelembapan berlebih.
Hal itu membuat penguapan keringat dari tubuh manusia sangat terbatas. Yang menjadi masalah, kata para peneliti, wilayah-wilayah ini juga berada di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, sehingga banyak orang yang terkena dampaknya mungkin tidak memiliki akses terhadap pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) atau cara efektif untuk mengurangi dampak negatif panas terhadap kesehatan.
"Kita akan lebih sering merasakan panas yang mematikan dan tak tertahankan. Jika suhu terus meningkat kita akan hidup di dunia yang mengalami kegagalan panen dan jutaan atau miliaran orang berusaha bermigrasi karena daerah asal mereka tidak dapat dihuni," tegas Daniel Vecellio salah satu peneliti dari Penn State.
(Rizka Diputra)