Bregodo Sembrani berjumlah sekitar 28 orang. Bregodo Mburi berjumlah 40 orang dan dipimpin oleh kapten bregodo. Bregodo Abang yang bertugas memikul berjumlah 20 orang, bregodo Gamelan berjumlah 10 orang yang terdiri dari satu peniup terompet, dua peniup seruling, 2 penabuh bendhe, 2 penabuh tambur dan 2 penabuh Jedog, sedangkan bregodo Umbul-umbul berjumlah 10 orang.
Sementara komando pusat dipegang oleh seorang Panji atau panglima perang. Panji ini bertugas mengatur pasukan yang mengawal Lemper Agung dan Gunungan tersebut sampai di hadapan Kepala Desa Wonokromo dengan aman. Sementara rute arak-arakan ini melewati jalan Imogiri Timur dan menempuh jarak sekitar 2 kilometer.
Selama prosesi lemper raksasa diusung dari depan masjid dan dikirabkan, setelah itu lemper diturunkan di kantor balai desa. Setibanya di balai desa Wonokromo, Lemper dan Gunungan dinaikkan ke atas pendopo balai desa. Di hadapan pendopo, telah menunggu ribuan warga dari berbagai wilayah untuk berebut lemper dan gunungan tersebut.
Di atas pendopo, diadakan upacara pemotongan lemper. Diawali sambutan Kepala Desa Wonokromo, pemaknaan dari perayaan tersebut oleh sesepuh lalu doa bersama dan dilanjutkan pagas lemper atau pemotongan lemper oleh Bupati Bantul, Camat Kecamatan Pleret dan Kepala Desa Wonokromo.
Usai diadakan pemotongan lemper raksasa oleh pejabat tinggi yang merupakan puncak dari acara tersebut, lemper tadi lalu dibagi-bagikan kepada tamu undangan yang hadir dan pengunjung, dan kekurangannya ditambah dengan lemper biasa yang sengaja dibuat oleh panitia guna menutupi kekurangan. Gunungan yang dibawa tadi juga dipotong dan dibagi-bagikan pada pengunjung bahkan untuk rebutan seperti yang terjadi dalam acara sekaten di Kraton Ngayogyakarta itu. Setelah itu Upacara Rebo Wekasan selesai.
Demikianlah informasi dan penjelasan mengenai kisah dan tradisi Rebo Wekasan yang dikutip dari laman Kemdikbud, semoga dapat menambah wawasan pembaca mengenai sejarah dan tradisi Rebo Wekasan.
(Kemas Irawan Nurrachman)