Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Penelitian Terbaru Sebut Terapi Binaural Beats Gak Guna, Malah Menghambat Pembelajaran

Jonathan , Jurnalis-Jum'at, 25 Agustus 2023 |14:35 WIB
Penelitian Terbaru Sebut Terapi Binaural Beats Gak Guna, Malah Menghambat Pembelajaran
Ilustrasi Mendengarkan Musik. (Foto: Freepik)
A
A
A

MENDENGARKAN musik memang memacu pelepasan hormon dopamin alami di otak, yang membuat kita merasa bahagia. Mendengarkan musik juga punya peran menurunkan kortisol penyebab stres dan kecemasan.

Oleh karena itu, banyak peneliti mencoba menggunakan musik sebagai terapi, salah satunya disebut dengan binaural Beats. Metode terapi musik ini menggunakan selisih perbedaan frekuensi telinga kiri dan kanan. "Binaural Beats" atau "Bunyi Binaural" akan tercipta ketika 2 nada dari frekuensi yang spesifik diputar bersamaan dan diperdengarkan melalui headphone.

Karena dua frekuensi ini berbeda, otak kita lantas akan dirangsang untuk membuat nada sesuai imajinasi sendiri, halusinasi audio 3 dimensi yang hanya terdengar di dalam kepala kita sendiri.

Efek Binaural Beats memang personal dan berbeda-beda pada tiap orang, tetapi beberapa riset telah menunjukkan bahwa jenis musik ini bisa membuat mood jadi bagus, meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan daya ingat sekaligus menurunkan stres dan kecemasan. Namun, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa binaural beats justru dapat menghambat proses belajar, bukan membantunya.

Michał Klichowski, seorang ahli saraf kognitif di Adam Mickiewicz University di Polandia, dan rekan-rekannya menguji 920 orang dewasa Polandia dengan sampel binaural beats, musik klasik, nada murni, atau tidak ada suara sama sekali saat mereka menyelesaikan serangkaian tugas online yang melibatkan penalaran abstrak, konsentrasi aktif, dan memori kerja.

Peserta penelitian harus menyelesaikan tugas-tugas komputer di rumah, meniru bagaimana orang dapat menggunakan binaural beats sebagai alat belajar yang lebih baik daripada yang dilakukan di laboratorium. Para peserta kemudian secara acak ditugaskan untuk melakukan salah satu dari dua tes yang berlangsung selama 40 menit hingga 1 jam, yang mereka selesaikan dengan menggunakan headphone.

Untuk mencari efek plasebo, peserta dalam kelompok binaural beats diberitahu bahwa suara tersebut akan meningkatkan fungsi otak atau netral, atau suara tersebut tidak dijelaskan sama sekali. Terlepas dari apa yang diberitahukan kepada peserta, dan frekuensi binaural beat yang mana yang diberikan, binaural beat memiliki efek yang sama: memperburuk kinerja kognitif peserta dibandingkan dengan skor awal mereka.

Stimulasi akustik lainnya seperti bekerja dalam keheningan, mendengarkan musik klasik, atau dengung suara tunggal, hanya memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kinerja peserta. Dengan kata lain, binaural beats bukanlah kepompong yang netral dan bahkan tidak ada peningkatan dari efek plasebo di antara mereka, malah kinerja menurun setiap kali binaural beats digunakan.

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, tim memiliki beberapa hipotesis tentang mengapa hal itu bisa terjadi. "Binaural beats mungkin mengganggu gelombang otak dan menurunkan frekuensinya sehingga aktivitas otak tidak sesuai dengan tugas yang sedang dikerjakan," kata Klichowski.

Misalnya, jika otak menghasilkan gelombang theta, hal ini dapat menyebabkan rasa kantuk yang tidak kondusif untuk berkonsentrasi. Kemungkinan lain adalah bahwa mencoba memodulasi satu frekuensi gelombang otak dapat menghalangi proses otak normal, yang membutuhkan semua jenis frekuensi untuk menghitung tugas-tugas kognitif.

Penelitian di masa depan yang merekam gelombang otak pada pendengar musik yang rajin dapat membantu para peneliti melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement