APAKAH Makan Bakso Bisa Asam Urat? Jawabannya akan diulas dalam artikel berikut ini. Mengingat bakso merupakan salah satu menu makanan favorit banyak orang Indonesia, tua, muda, pria atau pun wanita banyak yang begitu menyukai hidangan sederhana yang bisa dijumpai di banyak jalan ini.
Street food yang terbuat dari daging sapi maupun ayam ini banyak digemari oleh semua kalangan, karena rasanya yang gurih dan kuahnya yang menyegarkan, apalagi dengan tambahan sambal cabai.
Namun, banyak juga yang khawatir mengonsumsi bakso ini karena tak ingin penyakit asam uratnya kambuh. Pada dasarnya, kadar asam urat dalam darah tidak berbahaya dalam tubuh, selama dalam batas normal yakni 2,6-6 mg/dL untuk wanita dan pria 3,5-7 mg/dL. Asam urat pada dasarnya merupakan antioksidan untuk mengurai radikal bebas dalam tubuh.

(Apakah Makan Bakso Bisa Asam Urat?, Foto: Youtube Devina Hermawan)
Lantas, apakah makan bakso bisa asam urat? Salah satu penyebab penyakit asam urat adalah pola makan. Jika mengonsumsi daging merah dan kerang secara berlebihan, terutama makanan yang mengandung banyak purin (zat dalam makanan yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan), memang bisa memicu asam urat kambuh.
(Apakah Makan Bakso Bisa Asam Urat?, Foto: Instagram @janganlupakuliner)
Makanan yang mengandung purin di antaranya jeroan seperti hati, ginjal, otak dan organ lainnya; daging, daging sapi, daging domba, dan daging babi, makanan laut seperti ikan teri, sarden, makarel atau ikan kembung, ikan, haring, dan kerrang; kuah daging kental, dan minuman beralkohol.
Bakso sendiri berbahan utama daging sapi, dan kuahnya pun merupakan rebusan daging beserta tulang sapi, sehingga cita rasa gurih dan rasa daging dalam bakso ini sangat kuat. Sehingga, bakso punya kandungan purin, yang dapat memicu kadar asam urat dalam darah menjadi tinggi.

(Apakah Makan Bakso Bisa Asam Urat?, Foto: Ist)
Namun, dokter masih membolehkan penderita asam urat tinggi untuk mengonsumsi bakso, serta makanan yang mengandung purin lainnya. Namun ingat, dengan catatan selama dikonsumsi tidak terlalu sering dan berlebihan. Pada dasarnya apa pun yang berlebihan itu tidak baik dan bisa membahayakan.
(Rizky Pradita Ananda)