BANDARA Juanda di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan bandara tersibuk ketiga di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Pada 2019 sebelum pandemi COVID-19, Bandara Juanda melayani 500 pesawat per hari.
Meski letaknya di Sidoarjo atau 12 kilometer dari Kota Surabaya, tapi banyak orang lebih mengenal dengan nama Bandara Juanda Surabaya. Ya, karena memang tujuan penerbangan ke bandara tersebut lebih lazim disebut Surabaya.
BACA JUGA:
Bandara ini dulu sempat dikenal sebagai Lanud Waru. Kemudian, Presiden Soekarno menamakannya jadi Bandara Juanda untuk mengenang sosok penting di balik pembangunan bandara tersebut.
Juanda yang disematkan pada bandara ini diambil dari nama Ir Haji R Djuanda Kartawidjaja, Perdana Menteri Indonesia ke 10 sekaligus yang terakhir. Djuanda yang menjabat Perdana Menteri dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959 merupakan sosok yang mengusulkan pembangunan bandara ini.
Bandara Juanda
Haji Juanda merupakan pahlawan nasional kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
Pembangunan bandara di Sidoarjo yang diberi nama Proyek Waru sudah direncanakan sejak 1956.
BACA JUGA:
Proyek ini menjadi pembangunan bandara baru pertama semenjak kemerdekaan, sebab bandara lainnya hanya melibatkan proses pembaruan dari landasan udara peninggalan Belanda.
Bandara ini mulanya diperuntukkan sebagai Pangkalan Biro Penerbangan Angkatan Laut. Bersamaan dengan agenda politik pembebasan Irian
Barat kala itu, praktis membuat Bandara Juanda didaulat sebagai pangkalan udara baru militer.