Seiring berjalannya waktu, Sloper menemukan bahwa sistem pencernaan burung Jacu sangat menarik. Kendati menelan dan mengeluarkan biji kopi utuh sempurna, tapi pencernaan burung menghilangkan hampir semua kafein dalam biji serta kebutuhan fermentasi.
Kemudian, Kopi dari burung Jacu dikabarkan memiliki rasa kopi yang sempurna, karena burung tersebut hanya mengonsumsi biji kopi yang paling matang di perkebunan, yang memastikan bahwa kopi yang dipanen dari kotorannya memiliki kualitas terbaik.
Sebagai informasi, negara bagian Espirito Santo di Brasil, merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, tapi perkebunan Camocim merupakan satu-satunya yang menggunakan kotoran burung Jacu.
Perkebunan kopi tersebut telah menjualnya selama sekitar 10 tahun terakhir ini, dan varietas tersebut saat ini dikabarkan sebagai salah satu yang paling mahal. Kopi tersebut pun sangat populer di negara-negara seperti Prancis, Jepang, dan Inggris.
Di sejumlah negara tersebut, kopi dari kotoran burung Jacu itu dijual di departemen store mewah seharga USD 1.700 atau sekitar Rp25,5 juta per kilogram.
Namun, kabarnya kopi tersebut sangat eksklusif, karena hanya diproduksi bila ada permintaan khusus dari pembeli. Setelah dipanen, kotoran tersebut dikeringkan, dibersihkan lalu dibekukan dan diproses.
(Helmi Ade Saputra)