UNTUK para pencinta kopi, terdapat sebuah informasi yang cukup mengejutkan. Di mana salah satu varietas kopi termahal dan paling dicari di dunia, berasal dari kotoran Jacu, seekor burung hitam mirip kalkun yang sistem pencernaanya mengeluarkan aroma biji kopi.
Hal tersebut berawal dari Henrique Sloper, seorang pemilik perkebunan kopi di Espirito santo, Brasil. Awalnya Sloper melihat perkebunan kopinya diserbu oleh burung Jacu dan lantas panik. Kala itu Sloper tak mengetahui bahwa burung tersebut akan segera menjadi 'mitra bisnis'.

Kemudian, Sloper menelepon lembaga perlindungan lingkungan, namun mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan menyarankan agar kebun kopi menghadirkan beberapa predator alami untuk burung besar.
Namun, hal tersebut sulit dilakukan pada burung besar seperti Jacu. Hingga akhirnya Sloper memutuskan untuk mengadopsi pepatah lama, yakni 'Bila kamu tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka'. Hingga akhirnya Sloper menemukan invasi burung tersebut sebagai berkah tersembunyi.

Bicara soal kopi, bagi kamu para penikmat kopi mungkin sudah tidak asing lagi dengan kopi luwak, yang dikabarkan merupakan kopi termahal dan eksklusif di dunia. Kopi tersebut dipanen dari kotoran musang palem Asia, dan sangat terkenal secara internasional karena aroma dan kehalusannya.
Mengenai hal itu, Sloper mengetahuinya dengan sangat baik, dan memiliki ide cemerlang. Karena burung Jacu akan tinggal di Ladangnya, dia memutuskan untuk membuat 'Kopi luwaknya' sendiri.
Sloper pun meyakinkan pekerja pertanian, bahwa mereka harus memanen kotoran burung, alih-alih biji kopi membutuhkan waktu lama. Mengenai hal itu. Sloper tak serta merta langsung berhasil, karena dia harus melewati uji coba selama dua tahun dan menghadapi trial and error.
Hingga akhirnya kebun kopi Camocim menjadi satu-satunya di dunia yang memproduksi kopi dari kotoran burung Jacu. Kopi tersebut pun bukan kopi sembarangan, karena telah menjadi salah satu varietas kopi yang paling dicari di dunia.
Seiring berjalannya waktu, Sloper menemukan bahwa sistem pencernaan burung Jacu sangat menarik. Kendati menelan dan mengeluarkan biji kopi utuh sempurna, tapi pencernaan burung menghilangkan hampir semua kafein dalam biji serta kebutuhan fermentasi.
Kemudian, Kopi dari burung Jacu dikabarkan memiliki rasa kopi yang sempurna, karena burung tersebut hanya mengonsumsi biji kopi yang paling matang di perkebunan, yang memastikan bahwa kopi yang dipanen dari kotorannya memiliki kualitas terbaik.
Sebagai informasi, negara bagian Espirito Santo di Brasil, merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, tapi perkebunan Camocim merupakan satu-satunya yang menggunakan kotoran burung Jacu.
Perkebunan kopi tersebut telah menjualnya selama sekitar 10 tahun terakhir ini, dan varietas tersebut saat ini dikabarkan sebagai salah satu yang paling mahal. Kopi tersebut pun sangat populer di negara-negara seperti Prancis, Jepang, dan Inggris.
Di sejumlah negara tersebut, kopi dari kotoran burung Jacu itu dijual di departemen store mewah seharga USD 1.700 atau sekitar Rp25,5 juta per kilogram.
Namun, kabarnya kopi tersebut sangat eksklusif, karena hanya diproduksi bila ada permintaan khusus dari pembeli. Setelah dipanen, kotoran tersebut dikeringkan, dibersihkan lalu dibekukan dan diproses.
(Helmi Ade Saputra)