Meski Kartono tak bisa pungkiri bahwa alkes dengan tingkat advance belum bisa dibuat di Indonesia, karena hambatan bahan baku, salah satunya adalah stainless steel.
Kartono menjelaskan, stainless steel kebanyakan masih impor, karena bahan baku itu di Indonesia belum ada yang produksi.
"Tapi, Morowali akan memproduksi itu dan kalau sudah jalan, kami bisa memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang lebih tinggi untuk produksi dalam negeri," ungkap Kartono.
Sementara itu, bahan baku besi yang diproduksi di Krakatau Steel sudah menjadi bahan baku pembuatan alkes di Indonesia. Gegara itu, TKDN untuk tempat tidur buatan Indonesia sudah di level 80 persen.
"Bahkan, kami bisa ekspor itu ke luar negeri," sambungnya. Karena itu, ketersediaan bahan baku pembuatan alkes di Indonesia amat penting.
"Karenanya, kami juga butuh didukung oleh pemerintah agar kami tidak hanya mengembangkan alkes di dalam negeri, tapi pihak asing mau berinvestasi di Indonesia," tambah Kartono.
Lebih lanjut, Wakil Ketua GAKESLAB Indonesia Ary Gunawan Murtomo mengatakan bahwa tantangan lainnya adalah dari sumber daya manusianya. Mereka yang terbiasa dagang, lebih sering main diimpor bukan memproduksi barang sendiri. Ini perlu diubah konsepnya. web
"Hambatan lain adalah dari segi orangnya, mengubah dari pedagang ke industri itu perlu proses, karena konsepnya kalau pedagang tinggal impor tapi sekarang harus produksi," jelas Ary.
"Oleh sebab itu, diperlukan peran pemerintah untuk membimbing. Yang namanya bikin pabrik bagus itu perlu sumbangsih saran pemerintah. Itu penting," tambahnya.
(Vivin Lizetha)