UANG Panai salah satu syarat dalam tradisi pernikahan Bugis Makassar di Sulawesi Selatan sekitarnya. Berbeda dengan mahar, uang panai adalah uang belanja yang diberikan pihak laki-laki kepada perempuan yang dipinangnya, sebagai wujud keseriusan untuk menikah.
Uang panai juga jadi lambang penghormatan laki-laki ke perempuan calon istrinya. Uang panai diberikan calon suami ke pihak mampelai wanita untuk biaya pesta atau resepsi pernikahan digelar pihak calon istri. Wajar saja nilai uangnya tinggi alias mahal, bahkan bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Pada Juli 2022, sempat viral pernikahan pasangan pengantin Bugis di Pinrang, Sulawesi Selatan dengan uang panai keseluruhan senilai Rp5 miliar. Pasangan itu bernama Fitrianisa Burnama dan Andi Bastian Basir. Fitrianisa adalah dokter, sedangkan Andi karyawan BUMN.
BACA JUGA:
Uang panai dalam bahasa Makassar umumnya disebut doi panai, sementara dalam bahasa Bugis disebut doi menre. Dalam tradisi ini, keluarga laki-laki memberikan uang panai ke pihak perempuan sebagai biaya pesta pernikahan.
Dulu uang panai disesuaikan dengan strata sosial dari wanita. Sekarang standar uang panai makin tinggi sesuai permintaan mampelai wanita.

Uang panai Rp300 juta di Bone, Sulsel
Bahkan terkadang pihak keluarga wanita meminta uang panai dengan harga tak masuk akal untuk menolak pinangan laki-laki terhadap anak perempuannya.
Berikut 7 fakta menarik uang panai dalam adat pernikahan Bugis Makassar.
BACA JUGA:
1. Simbol Penghormatan Pria ke Wanita
Pada dasarnya, uang panai adalah simbol penghargaan untuk mempelai wanita dari calon mempelai laki-laki. Secara filosofis, tradisi ini ditujukan untuk melihat kesungguhan dan kerja keras dari calon mempelai laki-laki.
2. Nominal Ditentukan Keluarga Wanita
Uang panai berkaitan erat dengan martabat keluarga, atau dalam bahasa Bugis disebut dengan Sirri. Sehingga nominal atau besarannya ditentukan oleh keluarga calon mempelai wanita. Umumnya, keluarga akan melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk menentukan nominal tersebut.