Soal harga, Yassir mengatakan semua harga yang ditawarkan terjangkau untuk turis kulit putih.
Dalam kolom komentar postingan tersebut, banyak yang mengatakan video tersebut terlalu mengagungkan gentrifikasi. Mereka mengabaikan penduduk setempat yang dieksploitasi demi dolar pariwisata.
“Saat ini, warga lokal dibayar rendah, alam dieksploitasi secara berlebihan, dan turis bertindak seperti penyelamat dengan hanya membayar USD4 (sekitar Rp61.000) di restoran, dan melanggar hukum, karena mereka pikir mereka membantu orang miskin dengan berada di sini,” tulis seorang pengguna.
“Saya merasa seperti inilah pandangan dunia saat ini tentang Bali secara umum, yang sedikit mengecewakan. Media tidak meliput fakta bahwa ada ratusan kecelakaan skuter karena orang asing yang berkeliling tak hati-hati, atau tidak memakai helm,” komentar yang lain.
3. Tuai kecaman
Aktivis media sosial Ni Luh Djelantik juga ikut menanggapi video Yassin di akun Instagramnya. Ia menyebut unggahan tersebut 'menyesatkan'.
“Bali bukan rumah Anda. Bali adalah tempat yang membuat Anda rumah. Anda datang ke sini sebagai turis, ya silakan. Anda datang ke sini untuk mencari nafkah, kalau begitu ikuti peraturan dan hukum di negara kami. Seperti izin kerja dan pajak penghasilan Anda. Ketika berada di suatu tempat, sesuaikan diri Anda dengan kebiasaan masyarakatnya,” tulis Ni Luh dalam unggahannya.