PENGURUS Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) dr Catherine Tjahjadi menjelaskan, etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) merupakan zat kimia yang berbahaya bagi anak-anak.
Parahnya EG dan DEG tak hanya dipakai sebagai pelarut obat sirup, tapi juga ada di dalam kemasan pangan plastik sekali pakai, seperti air minum dalam kemasan, botol, dan galon sekali pakai.
"Jika EG dan DEG jumlahnya banyak dan menumpuk di dalam tubuh, itu bisa bikin gangguan pada organ tubuh seperti masalah di otak, paru-paru, ginjal, dan sebagainya," ujar dr Catherine.
"EG dan DEG tidak hanya menyebabkan gangguan ginjal, tapi juga syaraf hingga paru-paru," tambahnya.
Menurut dr Catherine, keracunan EG dan DEG sama dengan keracunan etanol yang gejalanya adalah mengantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.
Keracunan EG dan DEG yang berdampak pada paru-paru memiliki gejala mudah capek saat berlari, napas terengah-engah dan pendek, serta sesak napas. Selain itu juga terjadi perubahan tekanan darah, bisa tinggi atau malah bisa rendah, dan denyut jantungnya menjadi sangat cepat tidak beraturan.
Kalau untuk gangguan ginjal, gejalanya adalah mual, muntah, kencingnya berkurang dan tidak bisa buang air kecil.
"Tapi, kenapa yang lebih disorot itu ke gangguan ginjal, karena gejala di ginjal itu lebih spesifik, jadi mungkin lebih mudah terlihat dokter," papar dia.
BACA JUGA:Pemerintah Diminta Beri Status KLB Untuk Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak
dr Chaterine menjelaskan, PDUI sangat peduli terhadap masalah EG dan DEG ini. Karenanya, PDUI berusaha untuk ikut mengedukasi terkait EG dan DEG ini ke setiap pasien saat datang berobat maupun edukasi melalui pos pelayanan terpadu (Posyandu).
"