Faktor terakhir, yakni tempramen seorang anak. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh peristiwa kehidupan, stres, kurangnya faktor pelindung, dan kurangnya dukungan sosial.
Lantas bagaimana dengan bayi? Nah, para ahli menemukan bahwa bayi pun bisa menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka mengalami depresi, meski terbilang tidak umum.
Bayi yang pemalu, pendiam, atau mudah marah, kemungkinan lebih rentan terhadap depresi. Paparan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, trauma, pengabaian, dan punya orang tua yang depresi, bisa meningkatkan risiko depresi pada bayi. Tanda-tanda kecemasan dan depresi pada bayi antara lain, jadi lebih rewel dan tidak bisa dihibur.
Menurut penelitian pada buku Deborah Serani "Depression and Your Child: A Guide for Parents and Caregives", sekitar 4 persen anak usia 2 sampai 5 tahun, dan 5 persen anak usia 6 hingga 12 tahun, dan 11,2 persen remaja berusia 13 sampai 18 tahun mengalami depresi.