PASCA pandemi Covid-19, wisatawan yang datang ke Bali cenderung mulai mencari kegiatan baru berupa petualangan di desa wisata. Hal itu disampaikan Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Bali, I Made Mendra Astawa.
"Wisatawan yang datang ke Bali sekarang semakin banyak dan mereka mencari hal-hal baru, tidak hanya atraksi fenomenal tapi mereka cari petualangan. Lalu petualangan ini hanya di desa dan ini lah yang dikembangkan saudara-saudara di desa yang menjadikannya desa wisata," kata dia melansir Antara.
Meski belum memulai proses pengumpulan data jumlah kunjungan, Mendra menyebut wisatawan asing terbesar yang mengunjungi desa wisata berasal dari Eropa Timur, sementara kabupaten dengan kunjungan terbesar di Gianyar.
"Kalau kita lihat secara merata jelas paling banyak dikunjungi desa wisata daerah Ubud Gianyar, kemudian Kabupaten Bangli di mana air terjun mulai banyak, lalu Kota Singaraja. Itu wisatawan asing semua yang datang, dan sekarang wisatawan domestik mulai masuk," ujarnya.
Mendra melihat ke depannya objek desa wisata akan semakin banyak diminati, terutama pada tahun 2023 di mana wisata alam, budaya, maupun buatan yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat menjadi modal utamanya.
Hingga saat ini, sebanyak 238 desa yang tersebar di seluruh Bali telah tercatat sebagai desa wisata, dengan empat kategori yaitu mandiri, maju, berkembang, dan rintisan.
Desa wisata sendiri terbangun atas konsep membangun dari desa, bukan membangun desa. Di mana masyarakat setempat tak hanya menjadi penonton, melainkan subjek langsung yang mengelola kekayaan yang ada, sehingga tak dibutuhkan modal besar untuk pembangunannya.
"Apa yang ada di desa itu yang kita kelola. Misalnya trek jalan, melihat persawahan, sungai, air terjun, lembah, pura, penglukatan, upacara keagamaan, ini yang diangkat maksimal sehingga biayanya tidak berat," sebutnya.