Juliana dan ibunya tetap bisa kembali ke rumah dengan penerbangan lain tanpa membayar lagi setelah membicarakannya dengan duta Brasil.
“Duta besar menelepon saya dan mengatakan dia akan membantu saya. Kami tinggal di rumah kedutaan (sambil) menunggu keputusan,” kata Juliana.
“Kemudian, dia menelpon saya tanggal 24 dan mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan presiden Qatar (Airways) dan saya diizinkan untuk kembali dengan bayaran yang telah saya bayarkan, saya tidak perlu membayar apa pun lagi.”
Juliana menambahkan mereka mengambil penerbangan pada hari yang sama dan tiba di Brasil pada tanggal 25 November.
Qatar Airwasy kemudian memberikan klarifikasi atas kasus Juliana.
“Qatar Airways memperlakukan semua penumpang dengan hormat dan bermartabat, sejalan dengan praktik industri dan serupa sama dengan kebanyakan maskapai lainnya. Siapapun yang menghalangi penumpang lainnya, dan tidak dapat mengencangkan sabuk pengaman atau menurunkan sandaran tangan, mereka diharuskan untuk membeli kursi tambahan, baik sebagai tindakan pencegahan keselamatan dan (juga) untuk kenyamanan semua penumpang,” kata pihak Qatar Airways.
“Penumpang yang dimaksud di Bandara Beirut pada awalnya sangat kasar dan agresif terhadap staf check-in ketika salah satu rombongan perjalannya tidak menunjukkan PCR yang diperlukan untuk masuk ke Brasil,".
“Akibatnya, keamanan bandara diminta untuk campur tangan karena staf dan penumpang sangat prihatin dengan perilakunya," demikian pernyataan maskapai. (sal)
(Rizka Diputra)