MAKIN banyak anak muda yang terlalu mencintai kebebasan. Bahkan mereka mempunyai motto, "Kebebasan adalah dunia gua."
Ingin memiliki kebebasan jadi salah satu alasan yang sering dilontarkan oleh orang yang tak mau mempunyai anak. Selain juga faktor tekanan ekonomi atau finansial yang makin berat.
Dengan memiliki anak, ada anggapan yang menilai bisa merenggut kebebasan dan kebahagiaan seseorang karena hidup otomatis akan berubah 180 derajat ketika sudah menjadi orang tua. Jika dilihat dari aspek kesehatan mental ini, benarkah demikian?
Anggapan jika punya anak justru membuat tak bahagia ini dibantah Ahli Keamanan dan Ketahanan Kesehatan, dr. Dicky Budiman.
Menurutnya, merujuk pada hasil studi di negara maju, perempuan yang mempunyai anak itu lebih bahagia di masa tua dibanding perempuan yang memutuskan untuk tak memiliki anak.
"Fenomena di negara maju menunjukkan bahwa, orang-orang yang ogah punya anak ketika sudah memasuki usia lansia jadi lebih gampang stres dan berisiko tinggi alami gangguan mental health lainnya,” ujar Dicky kala dihubungi MNC Portal.
"Berbanding terbalik dengan perempuan atau pasangan suami-istri yang punya anak dan punya cucu, mereka lebih bahagia dan lebih terjaga dari gangguan kesehatan mental," lanjutnya.
Lebih lanjut dijelaskan, dampak dari child free bukan hanya soal kesehatan mental yang terganggu. Namun juga berisiko tinggi sebabkan masalah kesehatan fisik, terutama untuk perempuan.
Riset menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki anak mendapatkan manfaat kesehatan fisik, salah satunya menurunkan risiko terkena berbagai jenis kanker saluran reproduksi, kanker payudara dan penyakit kardiovaskular.
BACA JUGA:Idap Tumor Otak, Marcella Zalianty Jaga Ketat Pola Makan sang Anak
Satu studi di 2012 yang dilakukan pada populasi pedesaan di Australia menemukan jika orang yyang menikah dan punya anak, didapati memiliki usia yang lebih panjang daripada yang menolak punya anak.