Tidak hanya hiasan berupa lampu antik yang menggantung di langit-langit pendopo, ada juga gamelan Kyai Seton, gamelan Kyai Kanyut Mesem, dan gamelan Lipur Sari yang tersimpan dengan baik di sana. Gamelan-gamelan tersebut akan dimainkan pada saat-saat tertentu.
Di belakang pendopo terdapat sebuah beranda terbuka, bernama Pringgitan. Di Pringgitan terdapat sebuah tangga untuk mengakses Dalem Ageng, ruangan seluas 1.000 meter persegi.
Dulunya, Dalem Ageng difungsikan sebagai ruang tidur pengantin kerjaan. Namun, sekarang telah beralih menjadi museum, yang memamerkan petanen (tempat persemayaman Dewi Sri) berlapis tenunan sutra, perhiasan, senjata, pakaian, medali, perlengkapan wayang, gambar adipati-adipati Mangkunegara, dan berbagai benda-benda seni.
Kediaman keluarga Mangkunegara sendiri terletak di tengah Pura Mangkunegaran, di belakang Dalem Ageng. Tempat itu sekarang digunakan oleh para keluarga keturunan pangeran adipati. Bangunan tersebut menghadap ke taman terbuka di mana terdapat bangunan lain bernama Beranda Dalem bersudut delapan.
Di sini bisa ditemukan perabotan Eropa, lukisan berbingkai emas, ruang ganti dan rias para putri, serta kamar mandi yang indah.
Di dalam lingkungan Pura Mangkunegaran juga terdapat Perpustakaan Rekso Pustoko yang didirikan oleh Mangkunegara IV, pada tahun 1867. Sampai sekarang, perpustakaan yang menyimpan manuskrip serta buku dari berbagai bahasa tersebut masih dapat diakses oleh sejarawan dan pelajar.
(Salman Mardira)