Mengoptimalkan bidang industri dan jasa
Singapura memiliki sumber daya alam yang sangat terbatas. Bahkan, Singapura tidak memiliki lahan tambang yang umumnya menjadi komoditi terbesar sebuah negara.
Untuk meningkatkan penghasilan, Singapura mengandalkan sektor ekonomi di bidang industri dan jasa. Dengan adanya sektor industri, negara ini berhasil meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 5,3 persen dengan mendatangkan banyak investor serta tenaga ahli.
Bahkan, pemerintah Singapura sampai membuatkan kawasan industri khusus, yaitu Jurong dengan beragam insentif.
Tingkat korupsi yang sangat minim pun mengundang banyak investor untuk menanam modal di Singapura. Beberapa perusahaan besar seperti General Electric dan Hewlett-Packard ikut menanam modal yang cukup signifikan pada saat itu.
Selain menstimulasi investor asing, Singapura juga membuat terobosan dengan menasionalisasikan perusahaan swasta yang dianggap strategis dan berpotensi mengembangkan perekonomian.

Pembangunan ekonomi bersaing
Pembangunan ekonomi Singapura mampu bersaing dengan negara lain. Hal ini karena Singapura menjadi target ekspor terbesar bisnis internasional.
Tak heran jika sejak tahun 2000, Singapura menjadi rumah bagi perusahaan multinasional yang menumbuhkan perekonomian dari SGD25,1 miliar menjadi SGD194,4 miliar.
Pemerintah negaranya juga menerapkan sistem Central Provident Fund (CPF). 10 persen dari gaji masyarakatnya akan dimasukkan ke CPF, dan bisa diambil saat pensiun atau saat ingin membeli rumah. Penerapan tersebut bisa meningkatkan saving rate negaranya, dan juga bisa diinvestasikan untuk infrastruktur.
Pada November 2021, berdasarkan pemeringkatan oleh majalah Global Finance, Singapura menduduki posisi ketiga, sebagai negara terkaya di dunia, di bawah Luxemburg dan Irlandia.